Senin, 09 Februari 2009

Penonton dan Pemain


Pertandingan sudah mendekati akhir, klub tersebut telah berhasil unggul 1 angka. Para penonton bersorak sorai penuh kemenangan. Akan tetapi karena permainan terus menyerang, sehingga seringkali berkali-kali gawangnya hampir kebobolan. Penonton marah-marah. Salah satu penonton berkata, “dasar pemain tidak becus! Dia tidak tahu apa-apa tentang pertandingan. Sudah menang satu angka tapi terus saja menyerang. Harusnya mereka bertahan saja agar mereka menang dalam pertandingan ini! Apalagi klub lawan sangat hebat, beruntung klub ini bisa unggul 1 angka dari mereka”. Tetapi sebuah kejadian yang membuat gawang klub itu hampir saja kebobolan menyulut amarah para pendukungnya sendiri. Puncaknya para supporter justru melempari tribun tempat duduk pemain cadangan dan pelatih kelompok yang mereka dukung. Beberapa bahkan turun ke lapangan sehingga membuat suasana menjadi rusuh dan pertandingan terpaksa dihentikan. Salah satu dari penonton tersenyum,”dasar bodoh! Lihat akibatnya kalau tidak menurut dengan kami. Masih untung pertandingan dihentikan saat kalian menang 1 angka dari mereka, jadi kemungkinan kalian tetap akan menang”.
***
Seorang pemain dari klub amatiran berada di sudut lapangan. Dia tersenyum bahagia. Teringat kejadian beberapa waktu lalu sebelum pertandingan.
Di dalam ruang ganti, seorang pelatih sedang sibuk menerangkan betapa pentingnya pertandingan ini kepada para pemainnya. Klub ini harus menang minimal 2 angka agar bisa melanjutkan ke baba berikutnya. Pelatih terus menerus berkata jika sebelum melebihi dua angka, posisi permainan jangan berubah dan terus fokus untuk menyerang. Hanya ada dua kemungkinan: menang dua angka atau kalah. Pelatih juga member tahu kabar baik lainnya. Bahwa klub lawan yang terkenal tangguh tersebut kebetulan sedang berada dalam situasi yang tidak biasanya dimana terdapat sebuah problem internal yang menyebabkan klub lawan sedang berada dalam kondisi terlemah.
Kini klubnya yang notabene hanya klub amatiran telah unggul 1 angka dari klub professional yang menjadi lawannya. Apa yang dikatakan pelatih benar. Klub musuh sedang tidak berada dalam kondisi prima untuk bertanding. Berkali-kali serangan lawan hampir membobol gawang mereka tetapi selalu gagal. Kini mereka terus berusaha menyerang agar mereka bisa unggul 2 angka agar bisa melanjutkan turnamen ke babak selanjutnya. Karenajika hanya unggul 1 angka meeka tetap tidak bisa maju ke babak berikutnya. Tetapi sesuatu terjadi sehingga membuat harapannya hancur. Para penonton mulai membuat rusuh sehingga pertandingan terpaksa dihentikan dengan kemenangan hanya 1 angka sehingga mereka tidak bisa melaju ke babak berikutnya. Salah satu pemain yang marah berkata, “dasar bodoh! Penonton yang tidak tahu apa-apa tapi selalu merasa benar sendiri! Mereka hanya tinggal menonton, mendukung, dan percaya saja tidak bisa!”.

Ada perbedaan besar antara penonton dan pemain. Penonton lebih leluasa dalam bertindak dan berpendapat dibandingkan pemain, karena mereka tidak berada dalam posisi yang terdesak seperti yang dialami pemain. Apapun hasil pertandingan tidak akan berpengaruh langsung terhadap penonton. Pengaruh yang mereka rasakan adalah pengaruh tidak langsung.
Akan tetapi, penonton tidak akan pernah menang. Itulah perbedaan mendasar dari pemain dan penonton. Penonton hanya akan mendapat segala sesuatu secara tidak langsung. Kemenangan hanya akan berpengaruh sedikit terhadap mereka. Tidak sebesar pengaruhnya pada diri para pemain.
Tetapi yang lebih buruk dari semua itu adalah penonton yang tidak tertib. Mereka tidak menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai penonton dan apa yang seharusnya tidak mereka lakukan. Penonton seperti inilah yang terkadang membuat kekacauan dalam sebuah rencana yang telah disusun demi kebaikan diri mereka sendiri.
Saya tidak inging mengomentari tentang supporter sepakbola kita yang sering rusuh. Saya hanya ingin mengajak diri kita untuk introspeksi. Terkadang kita sebagai penonton merasa lebih tahu dari para pemain dalam kehidupan nyata ini. Terkadang karena tindakan kita yang terlalu gegabah untuk menolong mereka justru membuat impian mereka hancur berantakan. Percayalah pada mereka, mereka lebih tahu tnetang medan yang mereka hadapi dan kemampuan mereka sendiri daripada kita yang hanya menjadi pengamat. Mereka lebih mengerti tentang sesuatu daripada kita yang hanya menonton, karena mereka telah biasa dan dilatih untuk itu maka percayalah.
Percayalah pada para ahli ekonomi untuk membangun perekonomian Negara ini karena mereka lebih tahu. Percayalah pada para ulama karena mereka lebih tahu tentang agama. Percayalah pada para negarawan untuk mengatur Negara ini karena mereka lebih tahu.
Jika anda tidak dapat percaya pada permainan mereka, maka ikutlah bermain menjadi pemain. Jangan hanya bertindak rusuh dan mengacaukan segalanya. Jika anda tidak percaya pada para pemain, cobalah menjadi pemain dan rasakan apakah para penonton bisa mempercayai anda untuk bermain ataukah mereka meragukan anda seperti anda meragukan pemain-pemain lain. Semoga Allah SWT selalu menunjukkan apa-apa yang harus kita lakukan dan apa-apa yang tidak boleh kita lakukan. Wallahu’alam.

Sabtu, 07 Februari 2009

Akankah yang haram menjadi halal?


Perkembangan hidup, teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya melahirkan banyak hal-hal baru yang dipertanyakan manfaat keberadaannya dalam keimanan kita. Hal-hal tersebut tidak dijelaskan secara gambling sejelas-jelasnya dalam ajaran yang kita anut selama ini. Hanya dijelaskan tentang hukum-hukum dari inti-inti yang ada. Hal inilah yang menimbulkan penafsiran tentang hukum  atas sesuatu.

Permasalahannya adalah terkadang kita sering menerima sesuatu tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kita terima begitu saja bahwa sesuatu itu haram atau halal dari orang lain tanpa kita pertanyakan apa yang menyebabkan benda itu haram atau halal. Padahal haram halal yang dikatakan orang lain itu hanyalah sebuah pendapat dan bukan ketetapan yang mutlak.

Sebuah contoh adalah diharamkannya khamr adalah sesuatu yang mutlak dan hukumnya telah dijelaskan secara langsung. Dan khamr sendiri tidak akan pernah menjadi halal. Misalnya ketika suatu saat manusia telah berhasil menciptakan khamr yang tidak memabukkan, maka kita tidak perlu bingung memikirkan apakah khamr tersebut menjadi halal ataukah tetap haram. Karena esensi yang doicari dari orang meminum khamr adalah untuk mabuk, ketika khamr sudah tidak memabukkan lagi karena zat-zat yang ada telah banyak dihilangkan, maka saat itu khamr berganti nama menjadi air putih (karena semua unsur yang membedakan khamr dengan air putih telah dihilangkan). Begitu pula dengan zina dan sebagainya.

Permasalahannya adalah bagaimana dengan televisi, internet, musik, demokrasi, dan sebagainya? Hal-hal tersebut tidak dijelaskan secara langsung dan gamblang oleh Rasulullah dan hanya dijelaskan inti-intinya yang menyebabkan munculnya berbagai macam penafsiran.

Saya ambil sebuah contoh tentang pendapat beberapa kalangan tentang haramnya televise. Pertanyaannnya adalah mengapa televisi itu haram? Apakah karena banyak mudharatnya daripada keuntungannya?

Memang jika kita lihat tayangan televisi saat ini lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Tapi tidak menutup sebuah kemungkinan bahwa televisi bisa diisi dengan hal-hal yang banyak manfaatnya seperti pendidikan, berita, dan sebagainya. Sekarang pertanyaannya jika sutu saat nanti tayangan televisi  banyak berisi hal-hal yang bermanfaat seperti berita, siaran pendidikan, ajakan beriman, dan bertaqwa kepada Allah SWT, dan sebagainya, apakah orang-orang yang berpendapat televisi itu haram akan tetap mengharamkannya atau menghalalkannya?

Meskipun dunia televisi saat ini masih jauh dari harapan (terutama karena banyaknya sinetron-sinetron yang tidak bermutu dan cenderung menyesatkan) tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa televisi dapat menjadi sarana dakwah yang sangat efektif. Lihatlah berapa banyak orang yang dapat dipengaruhi oleh benda segi empat tersebut. Pikirkan betapa efektifnya benda tersebut jika berhasil dikuasai oleh orang yang tepat. Apakah ketika benda tersebut telah berada di pihak yang benar maka benda tersebut masih haram?

Pertanyaan serupa juga bisa kita tanyakan pada hal-hal lain semacam musik, internet, sinetron, dan sebagainya. Atau mungkin dapatkah kita terapkan hal serupa pada paham-paham Barat yang disebut komunis, demokrasi, liberalisme, dan sebagainya?
Selama ini kita selalu berpikiran bahwa liberalisme menyebabkan kemungkaran bebas berkembang dengan pesat, tetapi di sisi lain ada sebuah kemungkinan bahwa dengan liberalisme juga menyebabkan kebaikan dapat berkembang dengan bebas pula.

Selama ini kita sering berpikir bahwa demokrasi menyebabkan keburukan karena semua tergantung kehendak rakyat, bahkan yang haram dapat menjadi halal karena kehendak rakyat. Tetapi jika suatu ketika kita dipmpin oleh orang yang dzalim dengan demokrasilah kita bisa mengingatkan pemimpin kita agar tidak berbuat lalimmkepada rakyatnya. Apakah bagian dari demokrasi yang ini juga haram?

Itu semua menjadi sebuah pertanyaan besar yang harus kita cari tahu jawabannya. Kewajiban kita mencari tahu adalah karena kita diberi akal oleh Allah SWT untuk digunakan. Semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita ke dalam kebenaran dan membuka mata kita untuk dapat melihat mata kita. Wallahu’alam.