Selasa, 14 April 2009

terserah kalian, ini kebahagiaanku


persetan dengan batu-batuan itu
batu-batu yang kalian bangun menjulang tinggi
itukah simbol kebahagiaan bagi kalian??

ku tak ingin bangunan kotak berjejer
yang menjulang tinggi itu
buat apa??

bagiku kebahagiaan adalah senyum
ya senyum,,
perasaan tulus
sesuatu yang dari hati
itulah kebahagiaan

tapi ah peduli dengan kalian
terserah kalian mau apa
mungkin kalian lebih bahagia dengan itu semua

dengan kertas berwarna warni bergambar wajah
dengan bebatuan tinggi menjulang
dengan kotak besi yang mengeluarkan asap
dengan benda-benda yang berhubungan dengan listrik

meski ku tak memiliki itu semua
bukan dari itu semua kebahagiaanku diukur,,
bukan dari sampah-sampah nyata
melainkan dari puing-puing abstrak yang kian lama terlupakan

sungguh kalian manusia
terlalu bangga denngan apa yang kalian ciptakan
sehingga lupa dengan apa yang telah tercipta
dan Sang Pencipta

kalian telah tergila-gila dengan benda ciptaan kalian sendiri
pikiran-pikiran kalian hanya berisi sampah-sampah material

Ketika Ibrahim menghancurkan berhala-berhala
ciptaan manusia
dan manusia pula lah yang menyembahnya
kini yang kalian lakukan?
menyembahnya?
atau sekedar "untuk bertahan hidup"?

tapi sekali lagi
ITU SEMUA TERSERAH KALIAN
itu kebahagiaan kalian sendiri
jika kalian bahagia dengan itu semua,
maka nikmatilah bennda-benda nyata itu

biarlah aku menikmati
puing-puinng abstrak yang terlupakan
itu semua tergantung iman

Senin, 13 April 2009

Semuanya ada pada KITA, bukan MEREKA!!!


“Lihatlah betapa bobroknya bangsa ini!”, kata seseorang pemuda. “Wakil rakyat kita melakukan korupsi, pemimpin kita tergila-gila terhadap jabatan. Bangsa ini masih mengemis kepada imperialism Barat!!! Mereka, para pemegang kekuasaan atas bangsa ini apa yang mereka lakukan?”. Pemuda itu tampak berapi-api dalam berbicara. Dia melanjutkan,”Bangsa kita jauh tertinggal dari Barat! Coba lihat betapa mereka berkuasa sedangkan kita tidak berkutik apa-apa.”

Kemudian temannya yang sedari tadi memperhatikan, bertanya kepada pemuda tersebut, ”Lantas apa yang Barat miliki kita tidak? Setahu saya kita yang lebih unggul. Tanah kita subur mereka tidak. Lautan kita kaya mereka tidak. Hutan kita kaya mereka tidak. Tambang kita juga kaya dibanding mereka.”

“Tapi lihatlah bagaimana teknologi merka yang canggih, betapa sistem mereka berjalan dengan baik, bagaimana…”, bantah pemuda tersebut. Belum selesai dia berkata temannnya telah menyela.

“Berarti manusia-nya yang lebih mulia? Saya rasa tidak. Lihatlah betapa bangsa kita ini jauh lebih memiliki nilai-nilai luhur daripada mereka”

“Jika memang bangsa kita lebih luhur bagaimana mungkin kita bisa kalah? Lihat saja sekelilingmu sampah bertebaran. Korupsi dimana-mana, pengangguran…”

Sekali lagi perkataannya pun disela,”Saudaraku, kini telah engkau lihat bahwa permasalahannya ada pada KITA, bukan MEREKA. Ketika mereka memiliki tanggung jawab untuk memungut sampah di jalanan, sesungguhnya kita lah yang berkewajiban untuk tidak membuang sampah pada tempatnya. Jadi apakah bijaksana jika kita menyalahkan mereka atas sampah yang kita buang?”

***

Sering sekali saya mendengar orang-orang yang mencemooh apa yang dilakukan pemerintah. Pemerintah begini lah, pemerintah begitu lah. Baiklah memang saya akui bahwa para pemegang kekuasaan NKRI di tingkat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif belum mencapai tingkat kinerja yang ideal. Akan tetapi apakah semua keburukan yang terjadi di NKRI ini adalah tanggung jawab dan akibat perbuatan mereka?

Mari kita pergi ke sebuah negeri di daerah Asia Timur yang bernama Jepang. Apa keunggulan mereka dibanding kita? Jelas kita tertinggal jauh dalam hal teknologi disbanding mereka. Pertanyaannya adalah mengapa itu bisa terjadi? Jawabannya adalah karena mereka giat bekerja.

Sebuah hal yang pantas kita renungkan adalah siapakah yang berkewajiban untuk bekerja, kita (masyarakat/diri kita sendiri) atau mereka (pemerintah)? Tentu tanggung jawab untuk giat bekerja ada pada diri sendiri. Oleh karena itu sungguh tidak bijak menyalahkan mereka atas tanggung jawab yang tidak kita lakukan.

Kita ambil sebuah contoh lain dimana sebuah kota di Barat dipandang lebih maju daripada kota lainnya di NKRI. Kota itu adalah kota yang terautr, masyarakatnya taat berlalu lintas, bersih, dan nyaman. Mari kita selidiki satu persatu.

Apa yang menyebabkan lalulintasnya teratur? Apakah karenaa selalu diatru oleh pihak yang berwenang (Polisi)? Oh ternyata tidak, Polisi disana hanya duduk-duduk di dalam mobil sambil makan kue donat (film banget). Tetapi masyarakatnya menaati rambu lalu lintas semisal traffic light, tidak parkir sembarangan, dan sebagainya.

Lalu mengapa kota tersebut bisa bersih? Apakah petugas kebersihannya berdedikasi tinggi dan jumlahnya banyak? Ternyata tidak. Di sudut jalan kita melihat seorang warga Negara mengantongi bungkus permen yang telah dia makan. DI tempat lain kita lihat beberapa orang membuang sampah pada tempatnya.

Mengapa kota tersebut begitu nyaman? Karena kota tersebut bersih dan teratur. Bagaimana dengan disini yang kebalikannya. Siapakah yang yang menyebabkan kota ini kotor dan tidak teratur? Itu semua adalah kita sendiri, kita yang membuang sampah sembarangan, kita yang menerobos lampu merah, dan sebagainya.

Jadi bagaimana membuat bangsa ini maju? Semuanya dimulai dari KITA dan bukan MEREKA. Ketika kita kagum pada Microsoft buatan Amerika maka sebenarnya siapa yang kita kagumi? Presiden Amerika atau Bill Gates?? Lalu siapakah Bill Gates? Apakah dia Mentri Teknologi? Bukan, Bill Gates adalah warga Negara biasa yang membuat negaranya bangga. Kebanggaan yang dikumpulkan dari tiap individu itulah yang membuat Negara itu tampak besar.

Jadi kini saatnya kita teriakkan, “Ini semua adalah tentang KITA, bukan MEREKA!!!”. Mulailah bertindak untuk sebuah perubahan. Jangan mengaharapkan perubahan akan datang dengan sendirinya dan tiba-tiba.

Sebuah keharusan untuk berlari???

Berawal dari sebuah perenungan akan apa arti kebahagian dan apa tujuan hidup sertaa perkembangan dunia yang begitu pesat akhir-akhir ini. Konon katanya saat ini masa dimana kita harus mampu bersaing dengan yang lainnya. Di era globalisasi ini kita dituntut untuk selalu terdepan. Beberapa orang mengatakan itu demi kebahagiaan itu sendiri, beberapa orang mengatakan itu adalah sebuah keharusan. Benarkah demikian?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat berdiskusi dengan teman-teman saya tentang hal ini. Saya menciptakan sebuah puisi kemudian saya meminta mereka untuk menanggapinya. Berikut adalah puisi tersebut:

tolong dijawab pertanyaan ini?!

01 April 2009 jam 11:23 | Sunting Catatan | Hapus


katanya zaman sekarang (era globalisasi)
semuanya serba cepat
semua harus berlari
supaya tidak tertinggal
semua orang berlari
karena takut tertinggal

mengapa kita harus berlari??
mengapa kita tidak duduk saja
dan mengobrol bersama menikmati apa adanya??

mengapa kita harus berlari??
supaya tidak ketinggalan??
ketinggalan apa??
teman2 yang berlari??
lantas apa yang mereka dapatkan dari berlari??

teringat cerita pedagang angkringan
mengapa nasi ini begitu murah?
yah, yang penting bisa numpang makan

hidupnya tenang
tidak pula kelelahan berlari
menikmati apa adanya

perlukah kita berlari??
jogja nyaman karena tidak banyak orang berlari

catatan: sebenernya niatnya mo bikin artikel tapi jadnya malah mirip puisi, btw tolong dijawab pertanyaan saya mengapa kita harus berlari??

Anda bisa melihat diskusi kecil tersebut di http://www.facebook.com/note.php?note_id=67450697012&id=1619337140&index=4

Kembali kepada inti dari berlari itu sendiri. Saya sungguh prihatin kepada anak-anak yang terus didesak orangtuanya untuk ini lah, untuk itu lah, les ini lah, masuk fakultas itu lah, dan sebagainya. Para orangtua itu beralasan ini semua untuk kebahagiaan mereka sendiri. Tetapi apakah mereka benar-benar bahagia?

Sering kali kita jumpai seseorang yang begitu giatnya bekerja mengumpulkan uang hingga mereka tidak sempat menikmatinya. Dan pada akhirnya harta tersebut justru menimbulkan kekacauan pada diri mereka sendiri. Betapa sering kita lihat seseorang yang begitu bergelimang harta tapi hidupnya tidak bahagia? Betapa sering pula kita jumpai seorang penarik becak hidup pas-pasan kadang makan kadang tidak tetapi mereka bahagia?

Saya bukan menyuruh untuk bermalas-malasan. Sungguh bukan itu maksud saya. Hanya saja saya mengajak anda agar setiap apa yang kita lakukan ada tujuannya. Ketika kita berlari memiliki tujuan tidak hanya asal berlari dengan teman-teman yang lain. Begitu pula ketika kita diam dan berjalan pun dilandasi maksud tertentu. Karena bagi saya berlari itu bukan merupakan sebuah keharusan tetapi sebuah pilihan. Jika anda puas dengan berlari maka berlarilah, jika kebahagiaan anda adalah dengan berjalan maka berjalanlah. Janganlah anda memaksakan diri terhadap sesuatu yang tidak berarti apa-apa.

Sabtu, 11 April 2009

Sekedar menjawab pertanyaan


Akhir-akhir ini saya banyak sekali ditanya oleh teman-teman saya. Mengapa saya berganti haluan? Mengapa saya dukung Prabowo? dan sebagainya. Daripada susah payah menjawab itu semua satu per satu maka saya putuskan menulis di note saya.

Pertama saya menyatakan saya tidak berganti haluan. Jika sebelumnya saya mendukung PKS karena dalam konteks legislatif.Dalam legislatif saya lebih percaya kepada kader-kader PKS. Hal itu karena
  1. tugas legislatif yang utama adalah mengawasi, dan dalam mengawasi kita perlu orang-orang yang bersih dan jujur.
  2. tugas lainnya dari legislatif adalah membuat peraturan dan menurut saya syarat mutlak dari pembuat peraturan adalah memiliki moral. tidak mungkin seorang pemabuk akan membuat peraturan tentang larangan mabuk-mabukan, tidak mungkin seorang perokok membuat aturan dilarang merokok, tidak mungkin pula seorang koruptor membuat aturan tentang korupsi.
  3. PKS adalah satu2nya partai politik yang memiliki jaringan baik yang terstruktur sampe ke bawah. Berbeda dengan paratai lain yang hanya berkumpul ketika menjelang pemilu.
  4. saya menjalani kehidupan saya di dalam lingkungan PKS sehingga saya cukup tahu tentang mereka (baik dan buruknya)
Oleh karena itu dalam PEMILU legislatif kemarin saya memilih PKS.

Kedua adalah kenapa saya mendukung Prabowo? Karena saya rasa ide-ide dan ideologi Prabowo lah yang mengarah kepada INDONESIA BERDIKARI dibandingkan calon-calon lainnya. Prabowp tidak menjajikan Indonesia dengan gedung-gedung tinggi dan megah, teknologi canggih, dan sebagainya tetapi dia menjanjikan Indonesia yang bertumpu pada rakyat bangsa ini (bukan kapitalis). Bagaimana ide-idenya tentang sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada apa yang kita miliki: pedagang pasar, pertanian, koperasi, BUMN, dsb dan bukan pabrik-pabrik kapitalis dan ekonomi liberal yang terbukti gagal. Apabila dibandinngkan dengan calon-calon Presiden lainnya meenurut saya konsep Prabowo lah yang paling mendekati konsep INDONESIA BERDIKARI.

Ketiga mengapa tidak SBY?
  1. Saya akui pemerintahan Indonesia selama lima tahun ini tidaklah buruk. Tetapi "tidak buruk" saja tidak cukup. Saya pernah merenungkan sesuatu. Saya mengibaratkan Indonesia ini bagaikan kapal yang besar. Ketika reformasi 1998 kemarin kapal ini menjadi limpung akibat carut marutnya suasana hingga menyebabkan kapal ini bergoyang ke kiri ke kanan dan hampir tenggelam. Bagi saya, apa yang dilakukan SBY selama ini hanyalah menyeimbangkan kapal itu. Tetaapi mereka lupa satu hal: ARAH KAPAL ITU SALAH. Selama ini kapal itu hanya mengekor kepada kapal-kapal Barat yang mereka anggap lebih canggih tanpa tahu bahwa kapal-kapal yang mereka ikuti dan mereka puja-puja tersebut sebenarnya juga salah arah. SBY memang berhasil menstabilkan negara in, tetapi dia tidak menngembalikan negara ini kepada nilai-nilai PANCASILA dan kerakyatan.
  2. SBY kurang memiliki jiwa pemimpin dan cenderung kurang memiliki sikap. Coba anda lihat pemimpin-pemimpin yang hebat (da orang-orang biasa yang dianggap hebat) adalah orang-orang yang memiliki sikap. Lihatlah Huga Chavez, lihatlah Soekarno, lihatlah Ahmadinejad, dan sebagainya. Mengaaapa mereka dipuji? Karena mereka memiliki sikap dan tidak hanya sekedar menjilat orang yang berkuasa (Barat). Selama ini saya lihat SBY kurang memiliki sikap. Terlalu lama menimbang-nimbang dan terlalu menuurut kepada masyarakat mayoritas.
  3. saya melihat dukungan masyarakat kepada SBY lebih kepada sikap "nrimo" yang dimiliki bangsa ini. Saya yakin jika SBY dapat mempertahankan kinerjanya seperti ini terus menerus maka dia akan selamanya menjadi Presiden seperti Soeharto (dengan catatan aturan Presiden hanya boleh 2x dihapuskan). Bangsa ini mudah puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Ketiga jika saya mendukung Prabowo mengapa tidak memilih Gerindra pada pemilu legislatif? Seperti yang saya ungkapkan pada bagian pertama tadi bahwa saya melihat PKS lebih capable berada dalam legislatif dibading Gerindra yang masih baru.

Keempat melihat bahwa perolehan suara Gerindra yang tidak sampai 20% maka kecil kemungkinan untuk bisa menjadi presiden. Saya mengatakan mendukung Prabowo untuk menjadi Presiden, tetapi tidak haru 2009 ini. Bisa saja untuk 2014 nanti.

Mungkin itu saja pendapat saya. Jika ada prtanyaan lain silahkan ditanyakan. Sekali lagi saya tidak bermaksud kampannye hanya saja saya memberitahukan alasan saya. Jika anda berbeda pendapat dengan saya silahkan saja. Ini semua tergantung iman. (baca:
http://gagdongemail.blogspot.com/2009/04/memahami-sebuah-kepercayaan.html)

Kamis, 09 April 2009

cerita sebuah hape


seseorang pernah berkata bahwa "Allah bersama dengan orang-orang yang beriman". Saya tidak akan mengatakan bahwa saya orang beriman, tapi saya yakin Allah bersama mereka. lagsung saja saya mulai cerita saya.

Berawal dari suatu siang yang panas sekali karena dampak efek global warming. Saya sedang melihat hasil sementara Quick Count dari sebuah televisi swasta. Udara sangat panas hingga benda-benda di sekitar saya meleleh. Rumah tetangga saya kebakaran, (egag ding,,)

Tiba-tiba terdengarlah suaru seorang wanita dari kejauhan memanggil-manggil. Saya sempat merinding. Tapi ternyata itu suaraibu say yang menyuruh saya untuk pergi ke Barat mencari kitab suci. Egag ding, saya disuruh keluar untuk mencari suatu benda yang diperebutkan bajak laut yang biasa disebut ONE PIECE (malah jadi kayak komik).

Walhasil pergilah saya ke Barat untuk membeli daun pisang. Di tengah udara yang panas menyengat itulah saya pergi menunaikan kewajiban demi baktiku kepada orang tua dan Tuhan (ceile...padahal ya karena terpaksa daripada ntar gag dikasih makan n diusir dari rumah). Saya pergi menuju Gondomanan. Belok kiri sebelum perempatan teman-teman...(malah nyanyi).

Di tengah jalan tiba-tiba insting laba-laba saya merasakan sesuatu (sebelumnya saya memang pernah digigit kecoak sehingga saya memiliki kemampuan khusus seperti sapiderman,, loh??). Ntah kenapa saku celana saya terasa ringan. Ternyata saya tidak pake celana!!! Bukan ding, saya dapati saku saya kosong tanpa adanya hape saya. Lantas saya langsung balik menyusuri jalan yang saya lewati berharap menemukan hape saya.

Akhirnya saya nyampe rumah (loh belom jadi beli daun pisang). Saya miskol hape saya pake hape laen tetapi tidak nyambung. Saya terus miskol hape saya sambil bolak balik menyusuri jalan yang tadi saya lewati. Tetapi tetap saja tidak ketemu.

Akhirnya hape saya berbunyi tuut...tuut.... tetapi tetap juga tidak diangkat sampe akhirnya hape saya mati kembali. Saya sudah pasrah. Berniat mati gatung diri tapi talinya putus, lalu saya lompat dari atas tebing ternyata dibawahnya ada kasur yang sangat empuk. Ya sudahlah mungkin say tidak ditakdirkan untuk mati. Lalu saya pergi kembali menjalankan misi ke Barat. Di tengah jalan saya ditabrak bis lalu mati. Cerita selesai.











egag ding, ternyata sampe Gondomanan tidak ada yang jualan daun pisang, adanya daun ganja. Lantas saya membeli daun ganja. Tetapi karena di dekat sana ada kantor polisi saya mengurungkan niat saya. Alhasil saya pulang dengan tangan kosong.

Lalu saya mebuat sebuah pengumuman di fesbuk memberitakan telah hilang sebuah hape dengan meninggalkan 4 orang istri, 3 orang anak, dan 1 orang pembantu. Saya juga sempat sms ke beberapa ekor teman saya. Tiba-tiba hape bapak saya nyambung dengan hape saya. HARAPAN ITU MASIH ADA!!! Sesuai jargon dari sebuah partai politik. Dan walhasil orang yang menemukan hape saya berjanji untuk mengembalikannya dengan tebusan 5 Milyar. Lalu disepakati lah pertemuan anatara kami dengan catatan mereka (yang menemukan hape saya) tidak boleh menghubungi RSJ.

Sore hari bangun tidur ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. (malah nyanyi lagi). Saya terbangun kemudian mendatangi tempat yang telah dijanjikan. Saya mempersiapkan uang tebusan tersebut. Saya sebelumnya juga tidak lupa memakai rompi anti santet.

Tempat pertemuan, pukul 17.08
Suasana sangat tegang, kami telah sampai di tempat yang dijanjikan. Untunglah mereka tidak menelpon RSJ seperti permintaan kami. Tetapi tetap saja mereka masih menyandera hape saya. Lantas saya melihat orang itu, ya orang itu.

Ternyata orang itu tidak seperti yang saya bayangkan. Orang itu berbaju putih dan bersinar (lebay, tapi emang saat itu dya berbaju putih). Dia langsung mengembalikan hape saya. Bahkan ketika saya berikan uang tebusan dya menolak. Dia berkata,"kok cuma dikit?? gag maw aku."

egag ding, orang itu denganbaik hatinya berkata; "apa ini? saya kan cuma menemukan jadi tidak usah". Tetapi ketika bapak saya berkata, "anggap saja ini sedekah" dia lengsung bertanya,"ikhlas?".

Bapak saya pun menjawab, "ikhlas". Tiba-tiba penghulu dan empat orang saksi berteriak, "sah!!!".

Saya pikir baik sekali orang ini. Jarang ada orang yang mau mengembalikan hape yang hilang. Apalai itu adalah hape saya yang pasti akan laku mahal dikalangan fans saya. Saya jadi berpikir akan sebuah janji,"jika yang menemukan hape ini adalah wanita cantik, baik hati, sabaya, tidak sombong, solihah maka akan saya jadikan istri. Jika laki-laki maka akan saya jadikan pembantu atau saya kasihkan ke salah satu teman saya yang homo".

Tetapi berhubung Bram sudah meninggalkan status homo-nya dan Galih ntah berada dimana (katanya kemaren mo ke pante, mungkin sudah mati terseret ombak) maka saya mengurungkan niat tersebut. Lalu saya kembali ke rumah dengan hati riang. Di tengah jalan hape saya ilang lagi. Lalu terulanglah kejadian seperti di atas dan seterusnya.

=============================================================

Pesan moral dari cerita di atas: rajin-rajinlah menyirami tanaman!!!
catatan: cerita di atas tidak sepenuhnya fiksi, nama tokoh memang disengaja dengan maksud untuk mengejek (piss dab!!)
tambahan: anda kemabli bisa menghubungi saya di nomer yang dahulu

Jumat, 03 April 2009

memahami sebuah kepercayaan


Apakah arti dari kepercayaan? Bagaimana kepercayaan kita dapat diukur? Hal yang simple ini terkadang tampak sangat tidak perlu untuk diperbincangkan.

Yang sering salah adalah pemahaman bahwa kepercayaan dan logika adalah sesuatu yang berbanding lurus. Justru sebaliknya, kepercayaan akan berbanding terbalik dengan logika (hal-hal yang bersifat masuk akal).

Ketika anda berhadapan dengan seseorang yang kaya raya, dermawan, jujur, amanah, dan selalu menepati janji datang kepada anda untuk meminjam uang katakanlah sekedar 20ribu karena dia lupa membawa uang pada saat itu. Tentu anda akan dengan ringan hati memberikannya. Namun bukan itu semua arti dari kepercayaan.

Semua orang percaya dengan hal itu. Semua orang bisa melakukannya. Dan itu sama sekali tidak istimewa. Tetapi bayangkan jika orang yang dihadapan anda itu adalah orang yang urakan, egois, pembohong, suka semaunya, dan sering ingkar janji. Apakah anda akan meminjaminya?

Ketika anda meminjaminya maka saat itulah anda benar-benar memahami arti dari sebuah kepercayaan. Kepercayaan yang tertinggi adalah kepercayaan yang diberikan kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Semakin tidak masuk akal dan anda mempercayainya, maka semakin tinggilah nilai kepercayaan anda.

Keimanan bukan tergantung dari seberapa banyak masjid yang masih tetap berdiri setelah diterjang tsunami, bukan pula tergantung seberapa banyak bukti yang ada di hadapan kita. Keimanan tidak tergantung pada logis dan tidak logis. Keimanan berada di atas itu semua. Ketika seseorang sudah percaya, tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya, tidak peduli seberapa mustahil, itulah kepercayaan/keimanan.

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau mengihidupkan orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “ Lalu letakkan tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, Niscaya mereka akan datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (2:260)

Percakapan Ibrahim tersebut telah menjelaskan kepada kita arti kepercayaan. Kepercayaan tidak bergantung pada kenyataan ataupun bukti yang ada, tetapi justru lebih dari itu semua. Bisa jadi ketika kita menanyakan sebuah pertanyaan, justru itu mencederai kepercayaan kita. Bukan berarti kita tidak boleh mencari bukti, namun yang perlu diingat adalah bukti atau sesuatu yang logis tersebut hanyalah sebagai pembenaran atas kepercayaan kita.

Ingatkah ketika Muhammad menceritakan perjalanannya ke langit ketujuh (Isra’ Mi’raj) dihadapan umatnya hingga mereka semua banyak yang justru keluar dari Islam karena menganggap itu semua tiddak masuk akal? Saat itulah Abu Bakar berkata, “Jikalau Muhammad berkata demikian maka aku mempercayainya”. Itulah sebuah kepercayaan. Kepercayaan Abu Bakar kepada Muhammad, dan juga kepada Allah SWT lah yang meyakinkan dia, tidak peduli apakah itu semua masuk akal atau tidak.

Kadang kita ragu apakah kita perlu mempercayai sesuatu. Apakah seseorang/sesuatu dapat kita percayai atau tidak. Namun menurut saya satu hal: yang salah bukanlah kepercayaan yang kita berikan, melainkan orang yang mengkhianati kepercayaan. Tetaplah percaya terhadap hal-hal yang positif. Tanpa mimpi/harapan ataupun kepercayaan tidak aka nada hari esok yang cerah. Wallahu a’lam.