Pernah ada masa dimana dunia tidak dibagi menjadi publik dan privat. Ketika pagar tidak menghalangi orang untuk masuk namun hanya sebatas penanda. Ketika perasaan manusia tidak sesensitif pantat bayi.
Maka manusia saling peduli melalui percakapan-percakapan sederhana dan pertanyaan-pertanyaan retoris tanpa harus merasa tidak nyaman. Karena semua orang mendoakan agar kita memiliki keluarga yang bahagia, karena tidak peduli dengan jabatan atau posisimu di pekerjaan barangkali kita bisa saling berbagi rezeki, karena gemuk berarti kita tidak kesulitan untuk makan. Karena mereka tahu bahwa di bawah semua itu ada rasa kepedulian yang sangat berharga.
Namun di tengah masyarakat yang konon katanya komunal namun tak berbentuk ini semua menjadi absurd. Privasi menjadi dalih agar orang tidak boleh peduli dengan kita. Atau mungkin kita yang terlalu egois dan menutup erat pintu silaturahmi.