Minggu, 19 Juni 2011

Frustasi akan Kehilangan: Kasus Keluarga Dickson

klik pada gambar untuk melihat video
Kehilangan merupakan salah satu penyebab terbesar dari munculnya kesedihan. Terlebih jika yang hilang itu adalah seseorang yang sangat kita sayangi. Kematian significant person bagi suatu individu akan berarti banyak dalam kehidupannya. Efeknya sangat besar, mulai dari frustasi, depresi, bahkan dapat pula berujuang pada bunuh diri. 

Kirsten Dickson baru saja kehilangan suaminya, Clay Dickson, satu tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan mobil. Kini dirinya harus menjadi janda dan mengurusi dua orang anak atas perkawinan mereka yaitu Jacqueline Dickson yang berumur delapan tahun dan Colin Dickson yang berumur tujuh tahun. 

Dahulu ketika Clay masih hidup keluarga ini menjadi salah satu keluarga normal yang bahagia. Namun setelah kepergian Clay semua itu berubah. Jacqueline dan Colin menjadi anak nakal yang susah diatur. Mereka suka sekali berkelahi dan saling menyakiti secara fisik. Bahkan sikap tersebut juga berlaku pada ibu mereka. 

Kirsten sendiri tipe orang yang lembut dan tidak bisa tegas kepada anak-anaknya. Terlebih dirinya tahu bahwa anak-anak tersebut sangat kehilangan ayah mereka sehingga tidak ingin menyakitinya. Yang terjadi adalah seberapapun anak-anak tersebut mencoba menyakiti ibunya dia tetap berusaha terus bersabar. Namun dia tahu hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena bisa jadi anak-anaknya nanti akan tumbuh dengan kondisi psikis yang tidak sehat. 

Apa yang terjadi pada kedua anak tersebut bisa jadi merupakan bentuk frustasi kemarahan akibat ditinggal pergi sosok ayahnya. Orang tua sebagai significant person tentu memiliki pengaruh yang sangat besar bagi anak. Terlebih lagi Clay merupakan figur ayah yang sangat dekat dengan anak-anaknya dan menjadi teman terbaik mereka. Kepergiannya membuat pukulan telak bagi kondisi psikis Jacqueline dan Colin. 

Sayangnya figur ayah ini tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh Kirsten. Sehingga yang terjadi anak-anak tersebut menjadi frustasi dan marah. Hal ini paling tampak pada Jacqueline, mungkin yang terjadi pada Colin hanya sebatas imitasi dan reaksi atas perilaku kakaknya. Namun yang terjadi pada Jacquelin bisa jadi adalah rasa frustasi dan kemarahan yang sesungguhnya. 

Jacqueline tampak masih belum bisa menerima kenyataan akan kematian ayahnya. Kehilangan tersebut menimbulkan rasa sedih yang kemudian beralih menjadi frustasi dan kemarahan. Frustasi ini kemudian diproyeksikan kepada ibunya dengan menganggap bahwa ibunya yang paling bertanggung jawab. Selain itu dirinya merasa seorang diri menghadapi masalah tersebut sehingga segala usaha ibunya untuk mendekati tidak dihiraukan. Ibunya dianggap tidak mengerti akan apa yang terjadi pada dirinya. 

Rasa frustasi tersebut beralih juga pada bentuk kekerasan fisik kepada adiknya. Colin seringkali dijadikan pelampiasan atas kemarahan yang dia alami. Merasa disakiti maka adiknya membela diri dengan melakukan hal yang sama pada kakaknya sehingga kedua kaka beradik ini saling bertengkar dan menyakiti satu sama lain. 

Dalam mengatasi masalah ini hal yang pertama harus diatasi adalah rasa frustasi dan kemarahan yang dialami oleh Jacqueline. Terapi yang paling cocok mungkin adalah Psychoanalysis Family Therapy. Harapannya semua perasaan yang ditekan oleh Jacqueline bisa dikeluarkan supaya tidak menjadi perilaku yang salah. 

Jacqueline harus diajari untuk mengatasi perasaannya sendiri. Perasaan marah dan frustasi tersebut harus diselesaikan. Selain itu dirinya juga harus bisa menerima kenyataan bahwa semuanya telah berubah, ayahnya telah meninggal dan tidak mungkin kembali. Keluarganya kini adalah sebuah keluarga single parent dengan dua orang anak. Sebagai anak tertua dirinya harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adiknya. 

Di sisi lain Kirsten juga mencoba untuk menjadi sosok pengganti dari Clay bagi anak-anaknya. Beban berat yang menjadi tugas Kirsten harus menjadi seorang ibu dan ayah pada saat bersamaan. Dirinya harus bisa mengisi kekosongan yang telah ditinggalkan oleh suaminya. 

Kehilangan memang bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi yakinlah bahwa tidak hanya diri kita seorang lah yang mengalaminya. Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing, tugas kita adalah saling membantu untuk meringankan beban orang-orang yang telah ditinggalkan.


*) ditulis sebagai tugasUAS mata kuliah Pengantar Konseling Keluarga dan Perkawinan

0 comments: