Kamis, 05 Maret 2009

Lihatlah pemandangan yang indah untuk pikiran yang indah



Lihatlah televisi. Berapa banyak berita negatif yang anda temukan. Bacalah surat kabar. Cobalah anda cari berapa banyak berita positif dalam ssurat kabar tersebut. Suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar, selama ini tanpa kita sadari kita secara perlahan tapi pasti sering diicekoki tentang hal-hal negatif tentang lingkungan kita. Dan gawatnya, secara tidak sadari kita digiring untuk mempersepsikan lingkungan kita ini sebagai suatu yang buruk. Sehingga seringkali schema yang ada dalam pikiran kita adalah schema-schema negatif.

Mari saya beri sedikit contoh. Ketika anda di tengah jalan diberhentikan oleh polisi maka apa yang terlintas di pikiran anda? Saya yakin mayoritas akan berpikir, “ wah hilang deh duid 20rb untuk menyogok Polisi ini agar berdamai.” Padahal bisa saja Polisi tersebut memberhentikan anda karena ingin memberitahu bahwa ban sepeda motor anda kempes. Tetapi schema yang ada dalam pikiran anda adalah schema negative.

Saya jelaskan sedikit tentang schema. Schema is a template how do you interprete the stimulus. Dalam bahasa mudahnya, schema adalah suatu persepsi yang ada dalam pikiran anda untuk menafsirkan sesuatu hal. Schema ini berpengaruh besar terhadap social cognition. Social cognition is how people see and understand the reality (materi ini saya dapat dari mata kuliah Psikologi Sosial yang diampu oleh dosen Djamaludin Ancok).

Intinya, dalam memandang dunia ini manusia dipengaruhi oleh schema-schema yang ada dalam pikiran kita. Lantas darimana schema-schema ini berasal? Schema-schema ini berasala dari apa yang biasa kita lihat sehari-hari. Jadi kesimpulannya semakin sering anda melihat hal-hal buruk maka semakin anda secara tidak sadar digiring untuk melihat dunia ini secara negatif.

Mungkin sebagian dari kita berpendapat,”yah yang kita lihat di media massa itulah kebenaran yang ada.” Mungkin benar bahwa yang ada di media massa adalah fakta, tetapi tidak semua fakta ada di media massa. Fakta yang serinng dieksppos oleh media massa adalah fakta-fakta yang relatif berbeda, bukan fakta yang terbaik untuk dikonsumsi. Dan parahnya, kebanyakan fakta yang dianggap berbeda itu adalah fakta yang negatif. Mari saya beri sedikit simulasi.

Secara otomatis, manusia terdorong untuk tertarik pada perbedaan. Ketika anda melihat gambar di atas, maka secara otomatis anda akan fokus pada perbedaan. Anda akan fokus pada tulisan “negatif” yang berwarna hitam. Mengapa anda tidak melihat layar putih di sekitarnya yang lebih besar?

Yang saya maksudkan adalah, memang benar ada fakta berupa tulisan “negatif” dalam gambar tersebut. Akan tetapi coba bandingkan dengan warna putih di sekelilingnya. Sesungguhnya warna hitam (tulisan “negatif”) tersebut sebenarnya hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan. Lihatlah bagaimana person schema kita pada para pemimpin kita. Banyak yang menganggap para anggota DPR kita gemar korupsi, karena selama ini kita sering kali dimasuki berita tentang korupsi para pejabat kita. Sangat jarang sekali ada berita tentang pejabat kita yang gemar menabung dan menyirami tanaman serta menyapu halaman. Padahal itu semua bukan berarti bahwa seluruh pejabat kita melakukan korupsi dan tidak pernah menyirami tanaman. Kalo kita cermati lagi, berapa banyak sih pejabat kita yang terbukti korupsi dibandingkan dengan jumlah pejabat seluruhnya? Berapa banyak Polantas dibandingkan jumlah keseluruhan personil Polisi? Itu semua hanyalah bagaikan tulisan kecil berwarna hitam di atas lembaran putih yang besar. Tapi secara otomatis kita selalu memandang warna hitam tersebut dan bukan pada warna putih yang lebih besar. Dan celakanya, terkadang kita terlalu asyik memandangi warna hitam tersebut hingga lupa pada warna putih yang ada.

Engkau bisa melihat kebaikanku sebanyak apa yang ada pada diriku, tetapi engkau akan menemukan keburukanku sebanyak yang ada dalam pikiranmu.

Keburukan itu selalu ada, tetapi janganlah keburukan yang ada membuat kita melupakan keberadaan dari kebaikan yang sebenarnya jauh lebih besar. Marilah kita senantiasa berpikiran positif. Bukankah Rasulullah mengajarkan kepada kita agar tidak berburuk sangka?

Jauhilah darimu prasangka karena sebagian besar dari prasangka mengarah ke keburukan.

Apabila anda memakai kacamata hitam, maka anda akan selalu melihat kegelapan. Apabila anda memakai kacamata hijau, maka anda akan mendapatkan kesegaran pada mata anda. Gunakanlah kacamata yang berpengaruh baik terhadap anda.

18 comments:

edobukanpahlawan mengatakan...

sampai saat ini saya masih bgg membedakan antara prsangka buruk dengan waspada,,krena selama ini ketika saya bersikap waspada yg ada hanyalah prasangka buruk??

bs kasih pendapat??

Zadok Elia mengatakan...

nice post, hehe... ^^ rasanya aku jadi kangen lagi nulis renungan-renungan... tapi belum sempat... sip2..

@edo : Salam kenal ^^ aku tergugah sama pertanyaanmu nih, hehe... Waspada, curiga, prasangka buruk, semuanya berpikiran negatif tapi penting supaya kita bisa tetap bertahan hidup. Setelah kurenung-renungkan, kayaknya waspada=curiga+pertahanan diri. Kalo prasangka buruk=pikiran negatif ke orang itu, yang lebih cenderung ga ada kaitannya dengan diri sendiri. Gitu ga, Do?

Zadok Elia mengatakan...

Kayaknya commentmu belum ke-moderasi, Qim.

edobukanpahlawan mengatakan...

yoyoi salam kenal juga bro..=D

ummm klo gt yg namanya waspada, curiga, prasangka buruk itu suatu hal yg serupa tp tak sama?

brrt g salah dong klo qt bersikap di antara ketiga itu??

Anonim mengatakan...

@zadok: uda tak ilangin moderasinya
@edo: tergantung waspadanya sejauh mana,, kalo terlalu jauh sama juga dengan prasangka,, kalo aku sih lebih suka PERCAYA

Anonim mengatakan...

bersama kesulitan ada kemudahan...
bersama keburukan ada kebaikan...
jika kamu punya 100 keburukan, berarti kamu punya 100 kebaikan, itu kata trainer saya... Gag usah dikalkulasi pake formula njlimet...

Kalo katanya Jerry D Gray... media2 massa tidak berbohong atas fakta yang mereka paparkan... tapi mereka berbohong atas fakta yang mereka tutupi...

Anonim mengatakan...

we entuk inspirasi nulis itu dari mana e? wahahaha

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

Qem, ane setuju dgn anjuran husnudzanmu...tapi ane kurang 'klik' dgn pernyataanmu yg ttg schema (nek gag salah tangkep, ya). Tidak sepenuhnya salah schema kita, karena terbentuknya schema dipengaruhi lingkungan juga. I mean,, tidak selalu berarti lingkungan kita berkesan (-) karena schema kita (-) thd lingkungan itu. Namun bisa jadi kan, schema kita thd lingkungan adl (-) krn memang senyatanya lingkungan kita (-).


Kurang ngguno juga jika kita bersemangat mengubah schema kita ttg tipi, ttg media massa, ttg indonesia,, jika kenyataannya tak seperti apa yg kita schema-kan. Yang ada, justru kita terlarut pada keadaan. Kalaupun fokusnya cuma ke yg baik2,, ada kemungkinan u/ terlena.


Yah, intinya,,,tetep jembar atine dlm menghadapi keadaan apapun walaupun pahit dan menyayat ulu hati (bahasa sengaja dilebaykan), tetp optimis u/ perbaikan. BANGKIT NEGERIKU HARAPAN ITU MASIH ADA!!^^


oiya,ane juga ada posting ttg acara tipi yg membuat LUCU jadi UCUL (ggrrrrhhh):

http://uzzy.web.id/lucu-yang-jadi-ucul.html

Anonim mengatakan...

@nadia: wah kayaknya jumlah kebaikan dan keburukan tu belum tentu sama de,,

@alyn: dari edo kayakna,, habis kayaknnya dia antipati banget ma yang namanya pemerintah :p
pizz do,, ^^v

@uzi: ya maksudku tu,, kalo kita selalu berada di lingkungan buruk maka secara otomatis schema kita juga kebanyakan buruk dan bikin kita cenderung ke su'udzhon,,
makannya kalo ingin mudah dalam berhusnudzon sering2lah berada di lingkungan yang baik,,
ojo cedak kebo gupak :p

Anonim mengatakan...

Lha tapi kluw kita memang hidup di lingkungan yang mayoritas bernuansa (-),,apa kita harus pergi meninggalkannya menuju lingkungan yg (+) biar kita bisa berhusnudzan??? bgmn dgn rasa tanggung jawab kita u/ mewarnai lingkungan yg (-) tsb dgn hal2 (+)..???
(wkwkwk,,,sakjane ane mung pengin mendebatmu,lama gag ikut lomba debat...)



btw,,komen ane yg dobel,dihapus salah satu aja,,ndak ane terkesan maruk komen...

Khusni Mustaqim mengatakan...

sampun saia hapus,,
yah kan bukan berarti kita harus meninggalkan sepenuhnya kan??
kita berada di lingkungan positip untuk membekali diri kita dengan bekal2 untuk berjuang di lingkungan negatip,,

Anonim mengatakan...

apa maksudmu dgn "yah BUKAN berarti kita harus meninggalkan SEPENUH-nya kan??"...??



ane menangkap gejala kontradiksi dari penyataanmu itu....(pura2nya ane ngomongnya sambil sedhakep satu tangan n tangan yg lain ngelus2 dagu)

Anonim mengatakan...

kontradiksi gimana?

Anonim mengatakan...

hahahaha asem ak ra antipati kro pemerintah bos,,hanya mengalami krisi kepercayaan smpai dtg satrio piningit macam hugo chavez, ahmadinejad, fidel castro, moamar kadafi, dkk

viva la revolution!!!

Anonim mengatakan...

gini loh Qem,,, kmu kan bilang:
"@uzi: ya maksudku tu,, kalo kita selalu berada di lingkungan buruk maka secara otomatis schema kita juga kebanyakan buruk dan bikin kita cenderung ke su'udzhon,,
makannya kalo ingin mudah dalam berhusnudzon sering2lah berada di lingkungan yang baik,,
ojo cedak kebo gupak :p"
--> dari statement-mu ini ane nangkepnya ada saran darimu agar kita SERING2 di lingkungan yang baik

n kmu juga bilang:
"sampun saia hapus,,
yah kan bukan berarti kita harus meninggalkan sepenuhnya kan??
kita berada di lingkungan positip untuk membekali diri kita dengan bekal2 untuk berjuang di lingkungan negatip,,"
-->nah,kluw dari pernyataanmu yg ini ane nangkepnya kita TETEP berada di lingkungan kita yg mungkin (-) dgn kadang kala berhijrah ke lingkungan (+) bwd nyari bekal perbaikan lingkungan kita.


jadi letak kontradiksinya adalah pada intensitas sering di mana kita seharusnya.
(sekali lagi ini ta'niatkan debat. bukan masalah benar/salah,,,namun bgmn kita mempertahankan pendapat n mengulas lbi jauh ttg pendapat orang lain.bgitchu...) ^^v

Anonim mengatakan...

@edo: yorapopo sih,, ketoke cah2 hukum ki do cenderung menjadi oposisi (dalam rektorat dan pemerintah),,

@uzi: wahahahaha,, boleh2,, sik tak mikir,,
(hening sesaat)
maksod saya untuk masalah lebih sering kemana itu seperti ini,,
kita sebisa mungkin berada di lingkungan yang baik, tapi janngan terus melupakan kawan2 yang berada di lingkungann yang buruk, sebisa mungkin kita tetap berusaha membawa kebaikan kepada mereka,,
ibaratnya ketika kita berada di atas kapal di tengah lautan sementara beberapa orang masih berenang di loautan, kita tidak perlu meninggalkan kapal sepenuhnya dan ikut mencebur untuk menolong atau sebagai bentuk solidaritas terhadap kawan2 kita yang terkatung-katung di lautan, yang perlu kita lakukan adalah sesekali kita mencebur ke laut untuk membujuk teman2 kita agar mau naik ke atas kapal, tetapi ketika stamina kita sudah habis untuk berenang maka segeralah naik ke kapal kembali untuk beristirahat supaya tidak tenggelam,,
(maaf kalo lagi rada gag nyambung,, kepala buntet idung bunek,,)

Anonim mengatakan...

Ummm,,,memang gag nyambung d...-_-"


Kluw mauk nolong orang ya totalitas dooonnggg.... lgpl ente kurang kratip ah. kluw mauk nolong orang2 yg kecebur sementara ente di kapal,,,bawa aja kapalnya ke arah mereka,,,gag usah renang2an sgala,ente gag basah,,,mereka pun selamat.wkakakaka....:D



btw,,A+ bwd ente slama debat singkat ini...^^
(backsound: tangan siul2 n mulut keplok2)