Rabu, 16 Oktober 2013

The Hedonic Treadmill

Mungkin kita akan mengeluh kepada Tuhan, mengapa apa yang kita inginkan seringkali tidak pernah kita dapatkan. Namun sebaliknya, apa yang tidak kita inginkan justru menjadi apa yang kita miliki saat ini.

Benarkah demikian?

I want more (garyckarntzen.deviantart.com)

Coba kita cermati lagi apa yang kita miliki saat ini. Lalu kita buka kembali arsip doa-doa kita di masa lampau. Doa-doa yang pernah kita panjatkan sepenuh hati di masa lalu, namun tidak ada lagi dalam ingatan kita di masa sekarang. Doa yang dulu kita tangisi agar dikabulkan oleh Yang Mampu Mengabulkan. Doa yang kita panjatkan di malam hari dengan sepenuh hati.

Samakah?

Bisa jadi ...
Apa yang kita miliki saat ini adalah jawaban dari doa-doa di masa lampau.

Mungkin manusia memang tidak pernah bersyukur ...

Atau mungkin memang manusia diciptakan demikian halnya. Berdoa, berusaha meraihnya, memperolehnya, kemudian berdoa akan hal lain yang lebih baik lagi. Terus menerus berputar seeikit demi sedikit meraih yang lebih baik. Hingga pada suatu saat seluruh usaha tersebut terakumulasi dan menjadi sebuah kebaikan yang di luar dari apa yang mampu kita kira.

Maka tidak salah ketika kita terus berdoa dan berusaha untuk memperoleh yang lebih baik. Yang salah adalah mengeluh, padahal kita telah mendapatkan apa yang kita minta sebelumnya.

Maka berdoa, berusaha, bersyukur. Berdoa, berusaha, bersyukur. Berdoa, berusaha, bersyukur. Itu saja.

0 comments: