Rabu, 06 April 2011

"Membunuh" Tuhan dengan Rasionalitas

Tunggu saja saatnya. Katholik dan kristen kian mati karena pengikutnya mulai rasional. Begitu pula dengan agama lain termasuk Islam. Ada kalanya nanti Islam pun mulai kehilangan pengikutnya karena masyarakat mulai rasional.

Begitu lah kira-kira yang hendak disampaikan salah seorang dosen saya ketika menjalani perkuliahan. Terlepas dari setuju atau tidaknya, dan terlepas dari ketidaktahuan dosen tersebut akan fakta-fakta terkini yang menunjukkan hal sebaliknya (misalnya mengapa orang-orang eropa yang konon katanya rasional justru makin banyak yang masuk Islam dan bahkan, populasi muslim telah berhasil melampaui populasi Katholik di dunia), namun apa yang beliau katakan ada benarnya.

Saya tidak akan membahas tentang agama dalam hal ini, namun benar kiranya rasionalitas membunuh hal-hal lain termasuk diantaranya agama, nasionalisme, harga diri, dsb.

Saya teringat ketika agresi Israel ke Palestina, hampir setiap aksi massa saya ikuti, entah oraganisasi apa itu. Namun saya sempat heran ketika orang-orang mencemooh apa yang kami lakukan. Setelah saya pikir, emang tidak rasional apa yang kami lakukan. Bahkan kalaupun kami setiap hari turun ke jalan, agresi Israel tetap akan terjadi. Jadi secara rasional apa yang kami lakukan sia-sia? Uang yang kami kumpulkan juga tidak seberapa.

Ketika Masyarakat sibuk meneriakkan ganyang Malaysia beberapa waktu ini, seorang dosen saya chat dengan saya dan mengatakan keheranannya. Mengapa orang-orang Indonesia sibuk berteriak-teriak marah kepada Malaysia? Padahal di Malaysia malah justru adem ayem. Kenapa orang-orang Indonesia sangat reaktif? Reaksi masyarakat Indonesia yang berlebihan itu dianggap sebagai bukti bahwa masyarakat Indonesia pemikirannya kurang Rasional.

Lalu saya membayangkan sebuah tatanan masyarakat rasional. Masyarakat yang ketika Israel melakukann agrresi maka mereka diam saja dan membiarkan saja hal tersebut dan menyerahkan semuanya pada diplomasi. Masyarakat yang ketika pemerintah melakukan privatisasi terhadap sektor-sektor penting negara demi dua kata, yaitu: efektif dan efisien, mereka akan diam saja dan hanya sekedar perang opini di internet. Masyarakat yang ketika harga dirinya dilecehkan tetap tenang dan mencoba untuk berdiplomasi. Seperti itukah yang diharapkan?

Saya lebih melihat masyarakat semacam itu sebagai masyarakat apatis daripada masyarakat rasional. Pemikiran manusia yang rasional, terkadang justru menjadikan kita manusia apatis. Kita meliihat segala feniomena sebagai suatu hal yang biasa saja dan memakluminya.

Sebenarnya hal ini juga saya alami di tempat kuliah saya dimana ajaran yang diajarkan mengubah kami menjadi orng semacam itu. Sebagian dari kami menyebutnya nihilisme sedangkan sebagian dari kami melihatnya sebagai positif thinking.

Saya menyadari ada sesuatu yang lebih daripada sekedar rasional. Ada kalanya kita harus berbuat tidak rasional, mengapa? Karena itulah yang akan mewarnai hidup. Ada kalanya kita melakukan sesuatu yang tidak rasional dan tidak masuk akal, namun kita yakin itu benar. Terkadang kita harusmemiliki rasa percaya yang tidak rasional semacam itu.

Sekali-kali cobalah ikut turun ke jalan melakukan hal-hal yang tidak rasional. Sekali-kali mengototlah membela pendapatmu meski itu tidak rasional. Maka kamu akan menemukan bahwa hidup kita tidak hanya tentang rasional, akal, dan berpikir.

Ketika nasionalisme disamakan dengan chauvinisme dan fanatik sempit, ketika penegakkan akidah dianggap sebagai pelanggaran atas kebebasan beragama, ketika pencegahan kepada yang mungkar dianggap sebagai ikut campur atas kehidupan pribadi, saat itukah rasionalitas berada di setiap kepala manusia?

*) ditulis pada Oktober 2009 di sebuah situs jejaring sosial

2 comments:

lulabi mengatakan...

agama itu hal yg non-rasional (bukan irasional, beda konotasinya) dan memang seharusnya tetap menjadi non-rasional.

menggunakan logika dan rasionalitas untuk memahami agama dan Tuhan sama saja bunuh diri menurutku.

Khusni Mustaqim mengatakan...

itulah iman http://berpikirberbeda.blogspot.com/2009/04/memahami-sebuah-kepercayaan.html