Jumat, 01 Mei 2009

Mari kita hidup untuk “bermain”


Berawal dari sebuah mata kuliah di siang hari yang panas di bulan April. Dalam ruangan segi empat dimana kami disuruh memahami pendapat orang lain tersebut (pada saat itu pendapat Murray). Saat itulah saya menyadari bahwa hidup kita yang sebenarnya adalah untuk bermain, bukan bekerja.

Apa perbedaan utama dari bekerja dan bermain? Jawabannya adalah antara hasil dan proses. Bekerja adalah melakukan sesuatu yang berorientasi pada hasil akhir. Misalnya adalah ketika kita bekerja siang dan malam untuk mendapatkan nafkah. Ketika kita melakukan sesuatu kita berorientasi pada hasil akhir. Jika kita tidak mendapatkan hasil akhir tentunya kita tidak akan bekerja.

Sedangkan bermain lebih menekankan pada proses. Ntah seperti apa hasilnya, yang penting adalah prosesnya. Dalam kehidupann sehari-hari yang disebut proses dalam bermain adalah sesuatu yang menyenangkan. Padahal tidak harus seperti itu. Ketika anda fokus pada proses maka bisa disebut kita sedang bermain.

Sayangnya selama ini seringkali masyarakat menyamakan bermain dengan sesuatu hal yang tidak berguna dan kurang bermanfaat sedangkan bekerja adalah sesuatu yang positif dan sangat berguna. Benarkah demikian?

Mari kita pikirkan sejenak mengenai melakukan sesuatu di dunia ini. Seberapa jauhkah kemampuan kita di dunia ini? Bagi orang Islam kita hanya diwajibkan untuk berusaha semaksimal mungkin, sedangkan hasil adalah urusan Sang Penguasa. Lalu buat apa kita fokus atau repot-repot memikirkan sesuatu yang di luar kemampuan kita?

Yang terburuk adalah, ketika manusia terlalu memikirkan tujuan sehinngga mereka melupakan jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka tidak lagi peduli melewati jalan yang mana, yang terpenting adalah mencapai tujuan tersebut. Orang-orang ini lah yang menghalalkan segala cara (the end justifies the mean). Merka jugalah yang sering kita lihat adalah orang-orang yang haus kekuasaan dan harta yang ada di sekitar kita.

Mereka adalah penyembah materi, perebut genggaman, manusia tidak berjiwa, dan golongan akhir. Namun sayangnya, orang-orang seperti mereka inilah yang terkadang kita puja dan kita samakan dengan manusia modern. Kita salut atas benda-benda nyata milik mereka, pemikiran-pemikiran mereka yang dipenuhi dengan materi, genggaman mereka atas dunia, dan sebagainya.

Sekali lagi, bukan berarti kita tidak boleh memiliki tujuan, tetapi utamakanlah proses. Karena sebenarnya kewajiban dan kemampuan kita hanyalah terbatas pada proses. Hasil sebenarnya hanyalah sebuah mimpi abstrak yang tidak kita ketahui akankah menjadi kenyataan atau tidak. Sekali lagi, marilah kita hidup untuk bermain, hidup untuk prises, bukan tujuan.

2 comments:

Nurfitriyana Purnasari mengatakan...

nice post...

kebanyakan orang sekarang menjadi pemuja hasil,tanpa peduli jalan yang ditempuhnya bener ato salah

salam kenal ;)

khusni mustaqim mengatakan...

yuph,, salam kenal juga,,