Selasa, 15 Juni 2010

menjadi sebuah bangsa yang besar

Bangsa ini adalah sebuah bangsa besar, namun sayangnya namanya belum sebesar yang diharapkan. Masih banyak kekurangan di berbagai tempat. Bahkan jati diri bangsa pun mulai hilang. Padahal bangsa-bangsa besar yang ada saat ini tumbuh dengan jati dirinya.

Orang bilang Amerika dan Eropa adalah bangsa yang besar. Bangsa yang giat bekerja keras membangun bangsanya. Apa yang menyebabkan mereka bisa menjadi bangsa yang besar? Pikirku kebesaran mereka adalah karena kesendirian masyarakatnya.

Masyarakat yang individualis dan kurang dekat dengan orang lain. Sehingga mereka harus bekerja keras agar bisa mandiri dan menciptakan keamanan bagi diri mereka sendiri. Mereka bekerja untuk membuktikan bahwa diri mereka mampu. Mereka bekerja untuk membuktikan kepada orang lain bahwa mereka mampu dan hebat. Seperti itulah mereka.

Begitu pula Jepang, mereka bangsa yang besar. Mereka mampu bangkit dan berkembang dengan pesat. Apa yang menyebabkan mereka menjadi bangsa yang besar? Pikirku kehormatan adalah semangat utama mereka.

Jepang dengan power distance yang tinggi dan pengaruh atasan yang kuat mampu memanfaatkan kondisi tersebut untuk membangun bangsa mereka. Rakyat mereka mengabdi penuh kepada atasan mereka. Kerja keras mereka adalah demi harga diri mereka di masyarakat. Kehormatan dan semangat mengabdi menjadi kunci utama kesuksesan mereka.

Bagaimana dengan China? Mereka juga bangsa yang besar dengan jumlah penduduknya. Kini mereka mulai merangsek menjadi negara super power. Apa yang membuat mereka menjadi bangsa yang besar? Pikirku adalah disiplin dan kerja keras.

Disiplin dan kerja keras yang ditanamkan sejak mereka kecil. Bukan untuk sebuah pengabdian ataupun pembuktian diri, tetapi karena kebiasaan yang telah tertanam sejak kecil. Semangat kerja keras dan berbisnis yang mulai ditanamkan dari lingkungan keluarga. Kepatuhan dan hukum yang keras sebagai bentuk disiplin agar bangsa yang besar tersebut tetap terarah. Disiplin yang ditanamkan dengan kuat, itulah kunci kesuksesan mereka.

Lalu apa yang harus kita tanamkan pada bangsa kita? Kita pernah mencoba menanamkan disiplin dan aturan yang ketat seperti China. Namun seiring berjalannya waktu gerakan anti penguasa makin menguat. Disiplin dalam keluarga dianggap sebagai bentuk kekerasan yang melanggar hak anak.

Kita memiliki power distance yang tinggi seperti Jepang, namun dalam masyarakat kita yang tertinggi bukanlah pemimpin melainkan ketua atau orang yang dituakan. Orang yang dimintai kebijaksanaan untuk masyarakat, bukan orang yang mengatur dan menyuruh rakyatnya. Orang yang menjadi penengah dan bukan pucuk pimpinan.

Kita mencoba menanamkan kemandirian dan kesendirian seperti Amerika dan Eropa. Namun ini bertentangan dengan budaya kolektivisme yang telah lama tertanam jauh sebelum kita mengenal Amerika. Alih-alih kerja keras yang kita tiru malahan budaya konsumerisme mereka yang kita tiru. Gejolak sosial pun kiat menguat seiring perubahan yang terjadi dari kolektivisme menjadi individualisme. Bukan membangun, justru urut memperkeruh keadaan.



Mari kita renungkan kembali jati diri bangsa ini. Kita punya budaya kita sendiri, kita punya cara hidup kita sendiri, kita punya potensi kita sendiri, mengapa harus menggunakan cara orang lain? Kita cari jati diri kita dan kita manfaatkan potensi yang ada agar kita bisa menjadi bangsa yang besar.

0 comments: