Rabu, 14 April 2010

analisis psikologi: film Antwone Fisher

Film Antwone Fisher bercerita tentang pengalaman hidup seorang Marinir AS yang mengalami kejadian pahit di masa lalu. Antwone Fisher memiliki kepribadian yang mudah marah dan sulit mengendalikan diri namun pemalu terhadap lawan jenis. Sifat mudah marahnya muncul terutama jika berkaitan dengan dirinya sebagai warga kulit hitam, wanita, ditinggalkan teman, dan tentang dirinya.

Dalam film diceritakan sifat mudah marahnya tersebut membuat dirinya sering berkelahi dengan temannya sesama Marinir AS. Hingga suatu hari dirinya mendapatkan hukuman dan diharuskan untuk berkonsultasi kepada psikolog tentara AS.

Disini psikolog berusaha mencari tahu apa masalah sebenarnya yang dihadapi Fisher sehingga dia memiliki perilaku seperti itu. Ternyata ini semua berkaitan dengan kejadian yang dialaminya di masa kecil.

Hal ini serupa dengan teori Psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmud Freud. Dimana masa kecil dianggap sebagai masa yang paling berharga dalam hidup yang menentukan perilaku individu nantinya.

Apa yang dialami di masa kecil menentukan seperti apa karakter individu tersebut. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman atau konflik-konflik yang tidak menyenangkan akan menimbulkan sebuah trauma tersendiri yang berpengaruh pada diri individu tersebut.

Konflik yang tidak menyenangkan tersebut pada awalnya akan berusaha ditekan oleh diri sendiri ke dalam alam bawah sadar yang secara tidak kasat mata akan membentuk karakter individu tersebut.

Konflik-konflik tersebut nantinya juga akan muncul sendiri secara otomatis dalam berbagai bentuk. Bisa diubah menjadi sebuah perasaan lain yang justru bertolak belakang dari perasaan yang seharusnya, disalurkan kepada orang lain, dan sebagainya.

Dalam film ini diceritakan Fisher yang marah-marah karena temannya berusaha mengajaknya berbicara namun Fisher menganggapnya itu sebuah ejekan bagi warga kulut hitam seperti dirinya.

Fisher kecil ayahnya tewas ditembak oleh salah satu pacar ayahnya. Sedangkan ibunya dipenjara sehingga Fisher terpaksa dilahrikan di dalam penjara. Fisher kemudian dibawa ke panti sosial untuk dipelihara oleh pemerintah untuk sementara waktu hingga ibunya bebas dari penjara.

Namun hingga dewasa ibunya tidak pernah muncul menjemputnya. Kemudian Fisher dipelihara oleh seorang pendeta bersama istrinya. Fisher dipelihara bersama dua anak yatim lainnya.

Namun Istri pendeta tersebut cukup membenci orang kulit hitam meski dirinya sendiri juga merupakan orang kulit hitam. Istri pendeta tersebut sangat sering menyinggung-nyinggung masalah perbedaan warna dan sering meneror atau mengancam anak-anak asuh mereka.

Salah satunya adalah menanamkan pada mereka bahwa kulit hitam merupakan suatu hal yang kurang baik dan memperlakukan salah satu dari tiga anak asuh mereka yang merupakan campuran kulit putih dengan spesial karena masalah rasial tersebut.

Hal inilah yang kemudian ditekan oleh Fisher kecil ke dalam alam bawah sadarnya. Ketika Fisher tumbuh dewasa maka konflik tersebut keluar lagi dalam bentuk displacement yaitu mengalihkan perasaan tersebut pada orang lain. Sehingga Fisher dewasa frustasi dan menjadi mudah marah ketika disinggung mengenai warna kulit maupun dirinya secara fisik.

Fisher juga mengalami masalah mengenai hubungan personal dengan lawan jenis. Dirinya juga mendapatkan sebuah trauma masa kecil dimana dirinya seringkali dipaksa oleh pembantu dari Pendeta tersebut yang kebetulan seorang wanita yang lebih dewasa.

Pembantu tersebut seringkali memaksa Fisher yang masih SD untuk berbuat mesum dengan dirinya. Pengalaman ini cukup membuat Fisher mengalami trauma sehingga menjaga jarak dengan lawan jenis dan kurang berhasil dalam menjalin hubungan.

Peristiwa ini sendiri juga tertekan ke dalam alam bawah sadar Fisher dan muncul dalam bentuk displacement ketika dirinya disinggung mengenai hubungannya dengan lawan jenis.

Masalah lain yang cukup mendalam dan utama adalah ketiadaannya figur utama atau figur lekat sebagai tempat bersandar bagi dirinya. Fisher kecil yang yang tidak pernah bertemu dengan orang tuanya semenjak kecil tentu sangat kekurangan kasih sayang. Apalagi keluarga angkat tempatnya diasuh tidak dapat memberikan hal tersebut.

Satu-satunya orang yang dekat dengan dirinya adalah temannya sewaktu kecil. Namun hubungan pertemanannya tersebut juga mendapat penolakan dari keluarga angkatnya tersebut. Dan juga kematian temannya ketika ditembak karena merampok sebuah toko juga terjadi padanya. Sehingga Fisher mengalami trauma kehlangan figur yang dekat dengannya.

Trauma ini kembali terungkit ketika psikolog tersebut berusaha melepaskan diri dari Fisher agar tidak terlalu bergantung padanya. Fisher yang merasa psikolog tersebut merupakan satu-satunya figur yang dekat dengan dirinya merasa ditinggalkan dan mengalami frustasi dan marah-marah.

Kemudian untuk menyembuhkan Fisher maka dirinya mencari keluarganya yang masih tersisa. Penemuan kembali keluarganya cukup mengobati penyakit psikologis yang dialami oleh Fisher dan dirinya berhasil memaafkan ibunya yang membuangnya ketika dirinya masih kecil serta saudara-saudaranya dari keluarga ayahnya.

*) ditulis sebagai tugas mata kuliah Psikologi Klinis

0 comments: