Sabtu, 10 April 2010

benarkah kita ingin seperti mereka

Ah, orang Indonesia memang pemalas. Coba lihat di jam kerja seperti ini banyak pegawai yang hanya duduk-duduk saja mengobrol dengan teman sebelahnya. Herannya lagi, hal seperti ini berlangsung setiap saat dari pagi hingga pagi lagi.

Kita yang dalam bekerja pun tidak maksimal. Kerja hanya setengah-setengah yang penting selesai. Etos kerja yang sangat rendah. Datang terlambat, istirahat molor, pulang duluan. Di kantor pun tak tahu apa yang dikerjakan. Bekerja dengan sangat cepat bagai kura-kura. Bekerja segan, nganggur pun tak mau. Meremehkan pekerjaan kita, dan meremehkan masalah yang ada. Terlambat menjadi nama julukan yang telah meresap ke sendi-sendi.

Kerja bagi kita hanya berbatas pada uang bukan ambisi atau cita-cita. Tak ada kah semangat dari dalam diri kita untuk bekerja sepenuh hati mengorbankan, jiwa, raga, harta, dan waktu demi pekerjan kita?

Pelajar dan mahasiswa pun sama saja. Kita di kelas yang sibuk bermain hape dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan. Kita yang belajar hanya semalam sebelum ujian dan karena ujian,bukan karena mereka ingin tahu. Kita yang mencari angka-angka dalam selembar kertas dan bukan pengetahuan. Kita yang rela membolos untuk urusan kita di luar sementara tidak rela masuk untuk menuntut ilmu.

Begitu pula kita yang mengerjakan tugas sehari sebelum dikumpulkan. Tidak ada keinginan dan ketertarikan sama sekali dalam diri mereka. Tugas adalah beban. Itu saja. Dan hasil dari pendidikan semacam ini ya pegawai semacam itu.

Hukum pun dianggap sebagai sebuah formalitas dan bukan kesepakatan bersama demi kebaikan bersama. Kita memakai helm karena takut kena tilang. Menerobos lampu merah pun tak apa asal jalanan sepi. Polisi pun menilang berdasar tanggal di kalender.

Tata tertib dianggap sebagai banyolan. Hukum ada untuk dilanggar menjadi slogan dimana-mana bahkan di kalangan aparat hukum. Bahkan kalangan terpelajar pun menjadi golongan anti-sistem.

Andai orang Indonesia itu memiliki toalitas dalam bekerja dan belajar, tentu negara ini tidak akan jauh berbeda dari negara-negara Barat dan Amerika. Ah coba kita seperti mereka.

Benarkah kita ingin seperti mereka?

Coba kita lihat. Mereka bekerja keras, dari pagi hingga malam penuh totalitas. Lalu siapa yang mengurus anak-anak mereka jika pagi hingga malam mereka bekerja? Lalu untuk apa suami istri tinggal serumah jika tidak pernah bertemu? Lalu untuk apa keluarga?

Mereka membangun rumah-rumah indah untuk pembantu mereka. Mereka melahirkan putra-putri mereka untuk diasuh oleh sekolah. Itu biasa saja sebenarnya, tapi apakah kita memang ingin demikian?

Mereka bekerja sangat keras. Belajar dengan penuh pengorbanan. Menaati aturan dengan kaku. Stress mejadi makanan sehari-hari mereka. Masalah menebabkan mereka bunuh diri. Dan hari libur mereka habiskan untuk mabuk-mabukan melepaskan segala masalah yang hinggap dikepala mereka. Mereka yang menjalani hidup seperti dikejar setan. Hidup mereka dihabiskan untuk masalah-masalah yang mereka besar-besarkan sendiri. Sedangkan kita melihat masalah hanya sebagai lalat terbang di antara indahnya pemandangan alam dengan usus yang panjang. Benarkah kita ingin seperti mereka itu?

Meyer Friedman berkata bahwa mereka orang tipe A, kita tipe B. Mereka hidup untuk bekerja. Kita hidup untuk menikmatinya. Lalu kamu hidup untuk apa? Jadi orang pragmatis emang lebih enak daripada jadi orang perfeksionis.

0 comments: