Konon katanya, seluruh permasalahan di dunia ini hanya berkutat antara das sein dan das sollen. Das sollen adalah apa yang sebaiknya terjadi, ini berupa pengharapan akan suatu hal yang sifatnya ideal. Sedangkan das sein adalah apa yang sesungguhnya terjadi. Segala bentuk kenyataan yang kita alami selama ini.
Itu jugalah yang menjadi alasan ilmu itu lahir. Ilmu berusaha menyatukan das sein dengan das sollen. Dalam kata lain mencoba membuat kenyataan menjadi seperti seharusnya. Permainan semacam inilah yang hampir setiap saat dilakukan manusia. Yaitu bagaimana manusia berusaha mengubah das sein agar bisa menyerupai das sollen.
Mimpi
Apa yang bisa diharapakan dari manusia? (Peksojandhu, 2011)
Kata lain dari das sollen adalah mimpi. Das sollen merupakan gambaran imajiner kita tentang suatu realita yang seharusnya terjadi. Jadi pada prakteknya, kita sendiri yang menciptakan mimpi itu dan kita sendiri yang akan mati-matian mengejarnya. Bukankah manusia selalu menciptakan suatu pengharapan dan dia sendirilah yang akan mati-matian menepatinya?
Gordon Allport (1897-1967) menciptakan suatu konsep dinamika manusia. Dimana manusia yang sehat hidupnya akan terus menerus digunakan untuk mengejar impiannya sendiri. Namun Allport juga mengatakan bahwa impiannya tersebut sebenarnya tidak nyata dan tidak akan pernah tercapai. Sehingga menurut Allport manusia seumur hidupnya hanya akan berusaha terus menerus mencoba menyatukan das sollen dengan das sein, meski das sollen pada prakteknya tidak akan pernah tercapai.
Mimpi dan harapan memberi warna pada kehidupan manusia. Hal ini membuat dunia jadi lebih menarik untuk ditinggali. Bayangkan ketika kamu berada di rumah tanpa satu tujuan yang jelas, maka yang akan menyambutmu hanyalah kebosanan yang kelamaan mencekikmu. Maka manusia bermimpi, dia menciptakan permainannya sendiri. Seperti seorang anak kecil yang bermain seolah dirinya adalah seorang agen rahasia atau Superman yang harus melawan penjahat. Namun lebih dari itu mimpi juga lah yang mampu membuat manusia bertindak kejam dan saling membunuh.
Nrimo ing Pandum
Jika memang permasalahan utama manusia hanyalah tentang menyatukan das sein dan das sollen dan kita memang berharap ini segera berakhir, maka saatnya kita mengubah paradigma. Selama ini kita mencoba membawa kenyataan (das sein) pada hal yang seharusnya (das sollen). Padahal ada satu cara lagi untuk menyatukan keduanya.
Untuk menyatukan keduanya kita dapat menggunakan konsep sebaliknya yang jauh lebih mudah. Yaitu membawa das sollen kepada das sein. Mengapa kita manusia selalu berharap akan ini itu? Kenapa kita tidak mensyukuri saja apa yang telah kita miliki dan memanfaatkan yang ada.
Dalam artian mengapa kita selalu mengharapakan sesuatu yang tidak ada pada kenyataannya. Pada prakteknya bukan das sein yang jauh dari das sollen, tetapi kita lah yang menciptakan suatu das sollen yang jauh dari kenyataan. Kita sebagai manusia seringkali berharap suatu hal yang tidak benar-benar kita miliki.
Jika kita mau menengok ke belakang, sebenarnya permasalahan das sein dan das sollen ini telah lama dipecahkan oleh nenek moyang kita dalam konsep yang biasa kita sebut sebagai syukur atau nrimo ing pandum. Jika memang permasalahan utama di dunia ini adalah tentang menyatukan das sein dan das sollen, maka cara terbaik dan termudah melakukannya adalah dengan mendekatkan das sollen dengan das sein, bukan sebaliknya.
Jika Ki Ageng Suryo Mentaram (1892-1962) mengatakan bahwasanya kebahagiaan itu pada dasarnya adalah interaksi antara keinginan dengan ketercapaian harapan itu sendiri. Maka cara paling mudah untuk mendapatkan kebahagiaan adalah dengan tidak terlalu berharap banyak dan mensyukuri apa yang telah kita miliki.
Bersyukurlah
Manusia memang hidup dalam tuntutan. Manusia selalu diharapakan untuk seperti ini dan itu. Tuntutan ini berasal diri sendiri yang berupa mim atau pengharapan maupun dari orang lain. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa manusia memerlukan mimpi dan harapan untuk dapat mewarnai kehidupannya.
Yang menjadi masalah adalah terkadang kita lupa mensyukuri apa yang telah kita miliki karena kita berharap terlalu banyak pada dunia ini. Bahkan terkadang justru menyalahkan Tuhan atas harapan yang kita ciptakan dan tidak berhasil kita raih.
Maka bermimpilah, karena untuk itulah kita hidup. Dan bersyukurlah, pahami bahwa ini semua merupakan anugerah atau sebuah pemberian.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (108: 1-3)
0 comments:
Posting Komentar