Sabtu, 04 Juni 2011

Macet

Salah satu isu yang selalu populer di ibukota kita adalah kemacetan lalu lintas yang semakin parah. Gawatnya, isu itu kini mulai mengancam Yogyakarta. Jalanan Yogyakarta secara perlahan tapi pasti mulai mengalami kepadatan yang menjadi-jadi. Terlebih pada pagi hari dan sore hari di jalan-jalan utama menuju pusat kota.

Mulai dari mobil roda empat, truk, bis, becak, sepeda motor, sepeda, andong, dan sebagainya memadati jalanan kota Yogyakarta setiap harinya. Berbondong-bondong menuju segala arah dari berbagai penjuru kota dan luar kota.

Salah satu penyebab kemacetan ini adalah semakin banyaknya jumlah kepemilikan kendaraan pribadi yang tidak diimbangi oleh pembangunan infrastruktur jalan. Mengenai hal ini ada dua sisi yang harus kita perhatikan. Dari sisi positif kita harus bersyukur karena kemacetan yang terjadi merupakan pertanda banyaknya orang kaya (atau setidaknya anak orang kaya) di Indonesia. Bisa juga merupakan pertanda bahwa teknologi kini semakin terjangkau oleh masyarakat. Dalam batas ini maka kemacetan yang terjadi hendaklah membuat diri kita semakin bersyukur.

Pada sisi lain ini merupakan suatu ancaman yang serius. Transportasi merupakan salah satu komponen penting  terlebih dalam masyarakat yang semakin dinamis seperti saat ini. Kemacetan akan menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan dan ini harus segera diatasi.

Selamatkan Yogyakarta
Permasalahan kemacetan ini harus ditanggulangi secara komprehensif dan mustahil dapat diatasi hanya dengan satu atau dua langkah kebijakan saja. Harus ada berbagai kebijakan dari pemerintah dan masyarakat yang saling mendukung satu sama lain. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para calon walikota Yogyakarta yang baru (semoga mereka menyadari masalah ini).

Beberapa langkah yang bisa diambil misalnya dengan menggalakkan penggunaan sepeda. Beberapa program telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah kota maupun Provinsi mulai dari Sego Segawe hingga Segoro Amarta untuk mendorong penggunaan sepeda. Jalur khusus, tempat pemberhentian di persimpangan, dan tempat parkir khusus sepeda juga telah disediakan. Beberapa kantor dan kampus (misalnya UGM) juga melakukan kampanye penggunaan sepeda. Program ini sendiri juga mendapat dorongan terlebih ketika saat ini sedang menjamur demam sepeda fixie. Secara perlahan pengguna sepeda di Yogyakarta menjadi semakin meningkat. Namun masalah kemacetan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu kebijakan ini saja.

Salah satu jawaban yang sering dilontarkan untuk menghadapi masalah ini adalah dengan kendaraan umum. Jalur kereta api misalnya, dengan adanya jalur kereta Pramex yang mulai digalakkan kembali oleh pemerintah memberikan alternatif kendaraan cepat antar kota. Sehingga kemacetan jalanan sebagian dapat dialihkan pada jalur kereta api. Hanya saja jalur kereta ini hingga saat ini baru menghubungkan wilayah Timur-Barat, padahal tidak dapat dipungkiri banyak masyarakat yang tinggal di Bantul dan Sleman yang mencari nafkah di Yogyakarta. Sehingga mungkin perlulah kiranya dipikirkan tentang pembangunan jalur kereta Utara-Selatan mengingat banyaknya para penglaju dari kedua daerah tersebut.

Selain kereta api model transportasi massal lainnya yang sering diperbincangkan adalah bus. Meski begitu keluhan utama dari model transportasi ini adalah kenyamanan. Pemerintah telah mencoba secara terbatas membuat proyek TransJogja yang berusaha menyediakan transportasi bus yang nyaman. Namun seringkali proyek ini diplesetkan hanya sebatas transportasi wisata dan bukan transportasi umum. Terlebih biayanya yang relatif lebih mahal dan lebih repot dibandingkan bus lainnya.

Hal lain yang turut berpengaruh pada kemacetan adalah adanya budaya parkir. Di Yogyakarta kita bisa dimana saja memarkirkan kendaraan kita di bahu jalan. Parahnya seringkali toko tidak menyediakan lahan parkir yang memadai. Terlebih pada pedagang kaki lima (jualan aja di trotoar apalagi parkir). Meski telah muncul peraturan yang melarang penggunaan jalan nasional sebagai lahan parkir namun pada prakteknya hal tersebut tidak bisa serta merta diterapkan. Perlu ada langkah pasti selain melakukan pelarangan yaitu menyediakan kantong-kantong parkir khusus. Perlu ditanamkan juga pada para pebisnis untuk merambah usaha parkir (karena tidak semua kantong parkir dapat disediakan oleh pemerintah). Lebih bagus lagi jika pemerintah memfasilitasi warga sekitar untuk membuka koperasi usaha kantoing parkir di wilayah-wilayah tertentu menggunakan tanah masyarakat. Baru setelah kantong parkir tersedia pelarangan dapat secara efektif dilakukan.

Berubah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemecahan masalah kemacetan di Yogyakarta tidak bisa diselesaikan begitu saja dengan satu atau dua kebijakan. Yang utama adalah adanya sinergi antara masyarakat dan pemerintah untuk secara bersama-sama mengatasi masalah tersebut.

Penyediaan sarana prasana yang memadai dan nyaman semisal kereta komuter, bus nyaman, dsb tidak serta merta akan mengatasi masalah. Ada sebuah konstruk budaya yang perlu dibangun juga selain sarana fisik. Sebuah pengorbanan untuk kepentingan bersama.

Kendaraan umum dan fasilitas umum tentunya tidak akan senyaman kendaraan dan fasilitas pribadi. Contohnya saja mengapa kita harus naik bus dimana kita perlu berjalan dan tidak fleksibel sementara kita memiliki mobil pribadi yang nyaman. Mengapa kita perlu parkir di lokasi kantong-kantong parkir tertentu jika kita bisa parkir di jalanan depan toko.

Disini harus ada kesadaran akan adanya kepentingan bersama. Transportasi yang nyaman dan lancar tentu menjadi idaman semua orang, namun ketika semua orang merasa paling berhak dan tidak ada yang mau mengalah tentu itu semua hanya akan menjadi utopia. Perlu pengorbanan demi kepentingan bersama.

Mulailah dari yang sederhana. Misalnya menggunakan sepeda motor untuk perjalanan dengan jumlah orang sedikit tentu akan mengurangi kemacetan meski itu tidak lebih nyaman daripada menggunakan mobil. Atau lebih bagus lagi jika memang jaraknya tidak terlalu jauh boleh lah kita berjalan kaki atau bersepeda. Menggunakan transportasi umum juga bisa menjadi salah satu solusi sederhana yang dapat kita lakukan. Sediakan juga fasilitas parkir untuk pelanggan kita dan kendaraan kita. Jangan sampai mengganggu kenyamanan pengguna kendaraan lain. Patuhilah tata tertib lalu lintas.

Dari hal kecil seperti kepakan sayap kupu-kupu di China bisa saja itu menjadi sebuah badai Tornado di Amerika. Butterfly Effect.

0 comments: