Selasa, 27 Januari 2009

Dimanakah sesuatu yang disebut netral?


Selama ini coba kita renungkan sejenak. Ketika kita membuat penelitian, argumen, dan sebagainya, kemana kita mnegambil sumber yang kita anggap valid? Jawabannya mudah, yaitu sumber-sumber informasi, media, buku-buku, dan sebgainya yang berlabel Internasional. Yah, Internasional, konon katanya itu adalah ilmu-ilmu yang telah diakui oleh seluruh penduduk dunia. Benarkah demikian?

Coba kita lihat kembali segala sesuatu yang disebut sebagai Internasional, bisa dibilang mayoritas adalah Barat. Padahal dunia Internasional tidaklah hanya terdiri dari barat, tetapi juga timur, utara, selatan, tengah, dan sebagainya. Lantas kemana yang lainnya? Mengapa Internasional hanya milik Barat?

Segala informasi yang disebut netral adalah yang sesuai yang dirilis media massa Barat semisal BBC, CNN, National Geographic, Discovery Channel, dan sebagainya. Bisa dibilang fakta-fakta yang dirilis oleh merekalah yang dianggap valid. Bahkan sejarah kita sendiri versi mereka-lah yang valid (padahal itu sejarah kita, kita yang lebih tahu daripada mereka). Benarkah demikian? Benarkah mereka benar-benar netral?

Saya jadi teringat ketika melihat video biografi Presiden Amerika (yang saat itu masih menjadi capres). Di dalam video itu (yang dirilis oleh salah satu media massa yang dianggap vaslid tersebut) menceritakan pengalaman sang Presiden tersebut ketika tinggal di Indonesia. Parahnya, dalam video tersebut cenderung berat sebelah dan melihat Indonesia sebagai negara yang negatif, padahal tidak semua fakta tersebut benar. Tapi itulah yang dianggap sebagai suatu yang netral dan valid.

Itu hanyalah sebuah contoh dari kenyataan mereka yang tidak sesuai kenyataan. Media massa memang alat yang sangat ampuh dalam mempengaruhi masyarakat. Celakanya, kita sering sekali mempercayainya (media massa Barat) secara mentah-mentah dan menganggapnya sebagai sebuah kenyataan yang sesungguhnya.

Kenyataan terlalu luas dilihat dengan mata manusia. Keyakinan inilah yang menuntun saya bahwa tidak ada sesuatu yang benar-benar bersikap netral secara sepenuhnya. Yang parah adalah adanya anggapan dalam masyarakat (entah disadari atau tidak) bahwa kacamata Barat mampu melihat kenyataan secara seutuhnya, sehingga kita mencoba memakai kacamata Barat agar dapat dikatakan objektif padahal apa yang tampak dari kacamata Barat hanyalah sebagian dari kenyataan tersebut. Dan tentunya yang tampak adalah apa yang ingin mereka lihat. Jadi kacamata Barat relatif hanya melihat sudut pandang Barat.

Bukti lain yang paling nyata adalah agresi Zionis ke Palestina baru-baru ini. Selain itu perang Irak juga merupakan bukti nyata bahwa kacamat internasional yang kita pakai selama ini adalah bentuk lain dari kacamata Barat. Lihatlah betapa tidak berkutiknya dunia Internasional (PBB) menghadapi hal tersebut. Ketika Iran mengatakan akan memulai proyek damai nuklir yang bertujuan sebagai penghasil energy, maka dunia Internasional (sebenarnya Barat, namun mereka mengatasnamakan dunia Internasional) segera melakukan embargo terhadap Negara tersebut. Tapia pa yang terjadi pada Israel berbeda. Mereka jelas-jelas memiliki nuklir sebagai senjata dan Israel adalah satu-satunya Negara yang menolak instalasi nuklirnya diperiksa oleh PBB. Lihatlah media massa yang mereka anggap netral dan dianggap sebagai sumber kebenaran memberitakan tentang nuklir Irak yang tidak ada dan nuklir Israel yang jelas-jelas ada. Lihatlah perlakuan yang terjadi? Apakah itu dapat disebut netral?

Saya ingin mengajak masyarakat semua agar berhati-hati terhadap informasi yang diperoleh dari Barat. Baik itu berupa buku pelajaran, media massa, pemikiran, ilmu pengetahuan, atau apapun bentuknya. Jika anda tahu merokok sebatang tidak akan menyebabkan penyakit/kematian, akan tetapi jika dikumulatifkan secara berulang-ulang maka racun tersebut akan menimbulkan penyakit yang berbahaya. Itulah yang terjadi dari informasi dari Barat. Sekilas tampaknya tidak berbahaya tetapi sedikit demi sedikit mengubah nilai-nilai yang berlaku dalam hidup kita tanpa kita sadari.

Lihatlah betapa anak muda dan orang tua berbondong-bondong menyuruh anaknya belajar bahasa Inggris. Pernahkah mereka menyuruh anaknya belajar bermain gamelan? Lihatlah betapa kita diracuni oleh informasi-informasi tersebut hingga kita mengannggap Negara Amerika adalah Negara superpower dengan militer yang kuat. Tapi pada kenyataannya kitalah yang memiliki tentara kuat. Tentara mereka terlalu bergantung pada peralatan. Lihatlah gambaran Amerika yang selalu mengekspor produknya ke berbagai pasar dunia. Tidak tahukah kita bahwa mereka juga mengimpor barang-barang dari kita? Lihatlah cara piker anak muda yang cenderung berpikir tentang materialisme padahal kita sama sekali tidak pernah mengajarkan mereka tentang hal tersebut. Dari mana pemikiran-pemikiran seperti itu dapat muncul tanpa kita ajarkan? Sebenarnya mereka mengkonsumsi racun-racun tersebut sedikit demi sedikit tanpa kita sadari. Racun itu berasal dari hal-hal yang kita anggap netral dan menunjukkan kebenaran.

Sebuah contoh lagi bukti lagi adalah coba sekarang bayangkan keadaan Negara Indonesia yang maju secara fisik (bangunan, gedung-gedung, dan sebagainya). Silahkan bayangkan terlebih dahulu sebelum membaca kalimat berikutnya.

Sebuah kota penuh dengan gedung-gedung pencakar langit. Dimana seluruh masyarakatnya berjalan dengan cepat di jalan-jalan yang teratur. Rumah-rumah yang rapi. Dengan pabrik-pabrik besar. Perusahaan-perusahaan raksasa. Dan sebagainya. Seperti yang sering kita lihat dalam televisi menggambarkan Eropa dan Amerika.

Bandingkan dengan pendapat berikut ini (silahkan diblok untuk melihat tulisan yang ada):

Sebuah Negara dimana sawah, kebun, dan hutan terhampar luas. Petani menjaga ladangnya sambil membuka internet di sebuah gubuk.  Seorang nelayan menjaring ikan dengan kapal canggih. Gedung-gedung besar tidak banyak, tetapi hampir setiap rumah berisi komputer. Tidak ada perusahaan raksasa yang memonopoli, tetapi sebagai gantinya banyak toko-toko kecil yang bersih rapi dan menjual hasil pertanian dan produk lokal. Pabrik-pabrik tidaklah besar sekali, tetapi tersebar merata dan banyak sekali.

Mengapa saya membayangkan sebuah Negara maju yang berbeda dengan gambaran yang biasanya? Mudah saja, mengapa kita harus mengikuti Barat membangun perekonomian yang berbasis industri? Negeri mereka adalah negeri yang tandus, merka terpaksa bergantung pada industri. Tetapi Negara kita Negara yang subur dan banyak sumber daya alam, mengapa tidak kita manfaatkan?

Bangsa mereka adalah bangsa yang relatif individualistis dan kaitalisme sehingga banyak perusahaan-perusahaan besar. Negara kita berideologi Pancasila yang mementingkan kepentingan bersama, industri kecil yang berjumlah banyak dan terkoordinir lebih menguntungkan banyak masyarakat dan merupakan kontra kapitalisme.

Pergeseran pemikiran kita terhadap nilai-nilai yang ada perlu diwaspadai. Maka tidak aneh jika sekarang ini banyak umat muslim yang mulai menyerukan bahwa kita sedang dalam keadaan perang pemikiran. Jangan sampai pemikiran  kita teracuni oleh hal-hal yang selama ini ita anggap sebagai sumber kebenaran yang menyebabkan kita berpikir dan berperilaku seperti mereka karena belum tentu pemikiran dan perilaku mereka bukanlah yang terbaik. Lebih berhati-hati dalam menerima segala sesuatunya. Semoga Allah SWT membukakan hati kita. Wallahu’alam.

0 comments: