Rabu, 28 Januari 2009

Mengapa golput?


Baru-baru ini MUI mengeluarkan beberapa fatwa tentang hokum dari beberapa hal yang sedang banyak diperbincangkan saat ini. Diantaranya adalah fatwa haram golput. Fatwa ini (dan juga fatwa tentang rokok yang dikeluarkan secara bersamaan) menimbulkan banyak kontroversi. Banyak Pihak menyudutkan MUI dan berpendapat MUI telah melewati batas-batas kewenangannya dalam mengeluarkan fatwa. Benarkah demikian?

Fatwa haramnya golput keluar bersamaan dengan akan diselenggarakannya pemilu. Hal ini menyebabkan banyak orang berprasangka bahwa fatwa ini merupakan sebuah produk politik. Apalagi yang mencuatkan opini tentang hukum dari golput itu sendiri adalah ketua MPR yang juga salah satu tokoh politik Indonesia (yaiyalah, namanya juga ketua MPR!).

Seperti yang telah saya tulis sebelumnya dalam artikel menilik fatwa berhala Sembilan senti, tugas seseorang yang telah berilmu (dalam hal ini MUI) ketika ditanyai seseorang atas suatu hal yang dia ketahui maka wajib menjawabnya. Dalam hal ini saya rasa sudah benar MUI mengeluarkan fatwa tentang ini karena masyarakat sudah mempertanyakannya (sebenarnya tanpa dipertanyakan pun MUI boleh mengeluarkan fatwa, tetapi ketika sudah ditanyakan maka hukumnya menjadi wajib). Apakah MUI sudah melewati batas kewenangannya pun saya rasa tidak. Karena seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Islam bukan hanya agama, tetapi juga pedoman hidup yang meliputi segala aspek. Adanya pemikiran bahwa MUI telah melewati wewenangnya hingga turut campur dalam dunia politik justru menunjukkan betapa pikiran kita telah diracuni oleh paham Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan termasuk di dalamnya politik (mengenai darimana dan betapa bahayanya racun ini bisa dilihat dalam artikel dimanakah yang disebut netral dan kita ini Timur mengapa harus menjadi Barat).

Pertanyaannya sekarang adalah mengenai hukum golput sendiri apakah benar Haram? Kebetulan dalam mata kuliah Kewarganegaraan kemarin saya banyak mengkaji tentang golput. Ada sebuah iklan Pilkada Jakarta yang sangat menarik bagi saya (silahkan anda lihat di http://www.youtube.com/watch?v=zt5TDAsBiW4&feature=related). Dalam video tersebut disebutkan mengapa jangan golput. Beberapa alasannya adalah:
Golput berarti menyerahkan suara kepada hantu (dalam ketidak pastian yang tidak tentu)

Gulput tidak menyelesaikan masalah (apakah dengan golput banjir di Jakarta dapat teratasi?)

Lebih baik memilih salah satu daripada tidak memilih (minimal masih ada harapan akan keadaan Jakarta yang dapat menjadi baik daripada golput yang tidak menghasilkan apa-apa)

Ketika kita golput kita sama saja tidak berbuat apa-apa. Ini artinya sama saja kita berdiam diri. Ingatlah bahwa Allah SWT tidak mengubah nasib suatu kaum jika mereka sendiri tiak berusaha berubahJika anda tidak suka dengan kondisi Indonesia saat ini dimana kemungkaran masih banyak terjadi maka ubahlah! Ingat kita memilikikewajiban untuk mencegah kemungkaran dengan tangan (perbuatan), mulut (perkataan) atau minimal dengan hati (ketika kita tidak sanggup dengan perbuatan kita diperbolehkan untuk melakukannya dengan nasihat dan hati, tetapi jika kita memiliki kemampuan untuk bertindak/berbuat maka hukumnya wajib).

Dengan memilih pemimpin yang baik (yang dapat membuat perubahan ke arah kebaikan) minimal kita sama saja telah berusaha untuk membuat perubahan yang baik. Dan dengangolput sama saja kita tidak berbuat apa-apa.

Ada sebuah pendapat menarik dari seorang tokoh golput nasional yang mempopulerkan istilah golput dalam taraf nasional:

Golput adalah sebuah tindakan protes terhadap system yang ada (Arief Budiman)

Dalam hal ini, logika bahwa golput merupakan tindakan apatis tidak peduli dan tidak berbuat apa-apa tidak dapat lagi digunakan. Golput yang satu ini justru merupakan sebuah pertisipasi dalam membangun Negara ini, yaitu sebagai sebuah bentuk kritik supaya terjadi introspeksi. Lantas bagaimanakah hukum golput yang satu ini?

Untuk mengetahuinya kita lakukan dengan pendekatan hukum manfaat-kerugian (mudharat). Pertanyaannya adalah sampai mana perubahan yang dapat kita lakukan dengan tindakan golput ini? Seperti dalam iklan di atas, apakah golput akan berpengaruh terhadap banjir Jakarta? Jawabannya tidak. Perubahan yang dapat dilakukan oleh golput hanyalah sebatas pada wacana-wacana dalam masyarakat. Dengan adanya golput pun pemerintah tetap akan berjalan dan tidak akan membuat perubahan apa-apa. Jadi kembali kita lihat bahwa memilih lebih besar manfaatnya daripada golput. Ketika kita dapat berbuat yang lebih baik mengapa kita harus berhenti pada yang baik? Ingatlah bahwa kewajiban kita sebesar apa yang dapat kita lakukan (dalam hal ini adalah berbuat yang terbaik yang dapat kita lakukan).

Alasan lain (yang ini saya temukan dalam sebuah acara Debat di sebuah stasiun televisi swasta) adalah dikarenakan demokrasi hukumnya haram (mengapa orang tersebut bisa berpikiran seperti itu? Silahkan anda baca artikel seberapa hebatkah demokrasi). Masalahnya sekarang adalah, mau tidak mau kita sudah terjebak dalam keadaan seperti ini (meskipun begitu saya tetap tidak setuju terhadap wacana demokrasi itu haram). Seperti halnya dengan komputer yang kita pakai ini. Penggunaan komputer menguntungkan zionisme (karena perusahaan komputer dimonopoli oleh zionisme), tapi kita telah terjebak dalam keadaan ini. Kita tidak dapat hidup tanpa komputer, maka langkah yang terbaik adalah menggunakan komputer sebagai senjata balik. Jika anda tidak setuju dengan demokrasi, maka untuk saat ini gunakanlah demokrasi untuk mengubahnya (seperti halnya menyerang balik faham liberalism dimana semua diberi kebebasan untuk berkembang, maka kebaikan pun mendapat kebebasan untuk berkembang juga). Lihatlah sudut pandang manfaat-kerugian dalam hal ini.

Sekali lagi, fatwa hanyalah sebuah anjuran. Berada di tangan masing-masing individulah untuk bertindak. Bagi saya pribadi memilih dalam pemilu sama saja dengan menyalakan lilin dalam kegelapan (untuk lebih jelas silahkan lihat artikel sebuah renungan dalam kegelapan). Itu yang dapat kita lakukan, itulah kewajiban kita. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita pemimpin yang baik dan menunjukkan kebenaran kepada kita sehingga kita dapat mengikutinya. Wallahu’alam.

Keterangan:

Golput dalam konteks ini adalah dengan penuh kesadaran untuk tidak memilih. Bukan golput dikarenakan ketidaksengajaan (misalnya tidak tercatat sebagai daftar pemilih, dan sebagainya)

15 comments:

Anonim mengatakan...

yoi, bener banget qim.
habis kelompokmu presentasi aku njuk posting loo.. ^^

http://tialtiul.com/?p=60

@firmansm mengatakan...

no comment aja lah...

but memang golput itu gak menyelesaikan masalah

http://firman.web.id

Khusni Mustaqim mengatakan...

wahahahaha,,
terinspirasi karo aku to sit?

Anonim mengatakan...

daripada golput mendingan dipilih semua aj biar gak sah. secara orang yang golput mesti punya alasan kuat. kalo ane golput karena ane gak mo dibilang mendukung bid'ah yang terbesar abad ini yaitu demokrasi.mengapa disebut bid'ah karena dijaman salafusaleh
sebenarnya bisa dilaksanakan tapi hal ini tidak dilaksanakan.
hati-hati dalam mengharamkan sesuatu
harusnya MUI atau Mr.Hidayat meninjau kembali

Anonim mengatakan...

saya tidak setuju Anda menyamakan demokrasi dengan komputer. demokrasi jelas keburukannya tho --> masyarakat jadi kelewatan sedikit-dikit demo. sedangkan komputer itu beda.jangan gunakan air yang kotor untuk membersihkan kain yang kotor. pikiran anda tentang gunakan demokrasi untuk melawan demokrasi itu.

Anonim mengatakan...

terima kasih pendapatnya,,
saya paham apa yang anda maksud,,
memang demokrasi tidak sebaik konsep?cetak birunya dalam pelaksanaannya,,
tapi menurut saya,, jika saya golput takutnya orang-orang yang masih bodoh (rakyat) nanti berhasil memenangkan jagonya (pemimpin mereka) yang takutnya akan membawa kehancuran pada negara ini,,
dan untuk mecegahnya saya membantu dengan memilih pemimpin yang insyaAllah akan membawa kebaikan kepada negara ini,,
jadi saya memilih semata-mata adalah karena saya takut jikalau nanti pemimpin yang buruk yang akan memegang kekuasaan,,
tapi terserah masing-masing individu dalam bersikap sepeti apa,,
jazk,,

Anonim mengatakan...

ya itu dia anda sudah tahu kelemahannya. pemerintahan untuk orang banyak ditentukan juga orang banyak yang belum tentu kualitasnya sebanyak kuantitasnya.

Anonim mengatakan...

ya memang saya tahu bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang selalu baik dan bukan yang terbaik,,
tapi juga tidak selalu buruk,,
kalo pendapat saya pribadi golput sendiri juga tidak akan berpengaruh apapun pada negara, bangsa, dan demokrasi itu sendiri,,
Murabbi saya pernah berkata jika dengan liberalisasi keburukan bisa berkembang/tumbuh dengan bebas maka begitu juga pula dengan kebaikan seharusnya juga bisa berkembang dengan lebih baik lagi daripada keburukan,,
jika dengan demokrasi keinginan rakyat yang menjadi segala-galanya,, maka mari kita giring rakyat untuk beriman dan bertaqwa agar keinginan mereka tidak bertentangan dengan aturan Allah SWT,,

Anonim mengatakan...

bagaimana jika di saat semua muslim golput karena ke-idealisan dan tingginya ego mereka, ternyata di saat yang sama orang2 moderat dan ek-ki menggunakan kemampuan maksimal mereka untuk memenangkan tokoh mereka?

janganlah golput hanya karena ego. merasa tidak ada calon yang cukup bagus di mata kita. sadari kebutuhan umat yang ekstrimly membutuhkan figur pemimpin yang adil dan mensejahterakan...

Anonim mengatakan...

bukan karena ego non... karena landasan ego adalah emosi saya yakin nadiia juga tahu itu.
idealisasi inilah justru yang hilang di kaum muslimin, mereka malu ketika mereka melaksanakan sunah rasulullah. mereka justru lebih mengidolakan orang luar.padahal belum tentu mereka memiliki kepribadian yang baik.
monggo silakan jenengan menggunakan hak pilih jenengan. idealisasi itulah yang membentuk karakter kita. kalau jenengan mau yang riel terus ya yang riel ya yang jelek seperti ini karena dunia dah mau berakhir..
MUI sudah memberi penjelasan tho mengenai maksud haram golput.

saya yakin para petinggi partai yang katanya menjunjung keislaman tahu mengenai keharaman demokrasi namun yang menjadi kelemahan mereka adalah masih saja mereka mau mengikuti bahkan berpartisipasi didalamnya.

Anonim mengatakan...

kalo bisa memberi pesan untuk pak hidayat dan pak tifatul tolong partai anda yang didaerah2 itu diperhatikan lagi
mosok PKS partai islam tapi nerima caleg dari non
APA KATA DUNIA.
buat yang posting komen sebelum ini piiss aja lah

Khusni Mustaqim mengatakan...

yah silahkan melakukan apa yang menurut masing-masing pribadi benar untuk dilakukan,,
karena kewajiban kita hanyalah saling mengingatkan satu sama lain,,
semoga Allah SWT menunjukkan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh,,
yang jelas jangan sampai umat Islam terpecah belah hanya karena hal seperti ini,,

btw kalo mo usul ma pak TS dan HNW kunjungi websitenya langsung saja untuk menyampaikan aspirasi anda,,
terima kasih,,

Khusni Mustaqim mengatakan...

betewe saya mau tanya:
On 2009 Februari 3 22:48 , Anonim mengatakan...
saya tidak setuju Anda menyamakan demokrasi dengan komputer. demokrasi jelas keburukannya tho --> masyarakat jadi kelewatan sedikit-dikit demo. sedangkan komputer itu beda.jangan gunakan air yang kotor untuk membersihkan kain yang kotor. pikiran anda tentang gunakan demokrasi untuk melawan demokrasi itu.

kenapa demokrasi disebut bid'ah??

Anonim mengatakan...

. .wah,ternyata seru sekaliy ya... hmmm. .


. .uzzy mau berpendapat juga,ah. blun bc artikelnya taqim c,bru komen2nya.smwg msi nyambung. .


. .uzzy gag akan bilang golput maupun demokrasi itu halal atw haram. hanya saja,kalau ta'pikir...apa iya kita akan menyerahkan negara ini pada pemimpin pro-kiri sementara ada calon pemimpin yang bersih, peduli, dan profesional? Atau,,membiarkan ibu pertiwi tercinta dikendalikan oleh siapapun,bahkan orang2 yg liberal,dgn memilih golput? Na'udzubillah. Nhaaa,,,ketika orang2 (smwg tidak termasug di dalamnya) memilih u/ golput, uzzy rasa itu termasuk salah satu tindakan yg 'nyoh2an' (bc:luweh2an,yg juga berarti apatis terhadap negeri).intinya,,golput bukan sebuah solusi. .


. .Allahu a'lam bis shawab. .

Khusni Mustaqim mengatakan...

disini kita hanya bertukar ide dan pendapat,,
keputusan tetap berada di tangan masing-masing dan masing-masing pula yang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya kelak,,
wallahu'alam