Selasa, 27 Januari 2009

Kita ini Timur, mengapa harus menjadi Barat?!


Sadar atau tidak, keadaan global saat ini adalah suatu keadaan dimana sesuatu yang disebut pusat peradaban terletak di Barat. Dimana hampir segala ilmu pengetahuan berkiblat pada Barat. Daerah Barat yang dianggap lebih maju dianggap memiliki segala sistem yang terbaik dalam kehidupan ini. Lihat saja kiblat pendidikan kita yang meniru ilmu pengetahuan dan pengetahuan Barat (dan hampir semuanya diterima mentah-mentah tanpa dikaji ulang). Kalo itu menyangkut hal-hal yang disebut sebagai ilmu pasti (atau mungkn sering disebut IPA) menurut saya tidak begitu bermasalah, karena yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran adalah sesuatu yang bisa kita buktikan secara langsung. Tetapi bagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial, pemikiran-pemikiran, dan sebagainya apakah akan kita telan mentah-mentah tanpa mempertimbangkannya?

Percaya atau tidak, “kebenaran” di dalam dunia seperti ini sangatlah relative, tergantung nilai-nilai yang menjadi dasar patokannya. Pertanyaannya adalah, kita ini Timur bukan Barat! Bisa dibilang kultur, kebudayaan, nilai-nilai, norma, dan sebagainya sangatlah berbeda. Antara individu saja memiliki pola pikir yang berbeda. Maka karena sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran bergantung pada nilai-nilai yang dianut, bisa jadi kebenaran kita dan mereka berbeda.

Pada kenyataannya kebenaran hanyalah satu. Pertanyaannya adalah kebenaran versi mana yang merupakan kebenaran yang sesungguhnya? Mengapa orang-orang selalu berpikiran bahwa Barat-lah yang memiliki kebenaran yang sesungguhnya dan bukan Timur?
Mari kita lihat beberapa nilai yang diagung-agungkan Barat sebagai suatu kebenaran misalnya saja demokrasi (silahkan lihat artikel seberapa hebatkah demokrasi?), liberalisme, kapitalisme, dan sebagainya. Apa bentuk buruk dari kapitalisme? Semua orang tahu bahwa kapitalisme menjamin yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetaplah miskin. Liberalisme menciptakan pribadi yang seenaknya.  Sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran adalah ketika manusia memikirkan terjaminnya kepentingan diri mereka sendiri atau dengan kata lain suatu tatanan masyarakat egois yang rela menyengsarakan orang lain demi mendapatkan kebahagiaan bagi diri mereka sendiri.

Itu hanyalah sedikit gambaran mengenai hal-hal yang selama ini kita telan mentah-mentah dari Barat. Yang lebih ironis lagi adalah mengapa kita telan mentah-mentah sesuatu yang tidak cocok dengan kita sementara kita memiliki sesuatu yang lebih cocok bagi kita? Kita sebenarnya telah memiliki kebenaran kita sendiri, mengapa harus mengikuti kebenaran mereka.

Lihatlah golongan terpelajar kita hasil didikan Barat (bukan hanya hasil dari sekolah-sekolah di Barat, tetapi juga dari sekolah-sekolah Timur yang berkiblat pada Barat). Secara ekonomi mungkin mereka maju, tetapi mereka tidak lain hanyalah sebuah tentara bagi Kapitalisme. Lihatlah betapa selama ini kita dididik dan disiapkan untuk menjadi tenaga kerja/pegawai. Mengapa menjadi pegawai? Karena untuk menopang sistem Kapitalisme! Hasilnya adalah kesenjangan sosial yang tinggi. Karena golongan terpelajar menyimpan sendiri ilmunya untuk menopang system kapitalisme dan membiarkan masyarakat lain dalam kebodohan.

Saya ingat ketika belum lama ini mahasiswa  sebuah Universitas terkenal di Indonesia berkunjung ke Universitas tempat saya menuntut ilmu. Mereka secara terang-terangan berkata bahwa karena di daerah mereka tergolong lebih maju maka mereka dididik focus kepada bagaimana menjadi staff pegawai. Astaghfirullah, perguruan tinggi kita menyiapkan tentara bagi “penjajah” asing yang berbentuk kapitalisme. Lihatlah dimana segala sesuatu berbasis kepada ekonomi (inilah “kebenaran” versi Barat, sesuatu yang bersifat materialisme). Bukankah sebagai tempat menuntut ilmu seharusnya bisa bersikap netral dan melihat segala sesuatu sebagai sebuah ilmu bukan sebagai sebuah komoditas ekonomi? Inikah yang ingin kita tiru dari mereka? Masyarakat materialisme?!  Astaghfirullah.

Dalam artikel ini saya ingin mengajak masyarakat agar melihat sesuatu tidak selalu dari sudut pandang Barat. Kita memiliki kebudayaan kita sendiri. Kita Memiliki nilai-nilai kita sendiri. Kita memiliki kebenaran kita sendiri. Lihatlah masyarakat di kota-kota besar yang egois dan bandingkan dengan masyarakat di pedesaan yang memiliki nilai-nilai luhur. Haruskah kita ganti nilai-nilai sosial budaya agama kita dengan nilai-nilai ekonomi barat? Semoga Allah SWT membukakan kebenaran kepada kita. Wallahu’alam.

Catatan:

Dalam artikel ini saya menyebut Barat sebagai suatu “dinasti” yang saat ini dianggap sebagai pusat kemajuan dunia, pusat peradaban, pemikiran-pemikiran terbaik, Negara-negara maju dunia, dan sebagainya (termasuk di dalamnya adalah Amerika dan Eropa). Sedangkan Timur adalah bagian dari dunia ini yang selama ini terabaikan oleh dunia yang terlalu sibuk memandang ke Barat (termasuk di dalamnya adalah Indonesia).

Kebenaran adalah suatu yang dianggap paling penting di dalam hidup ini, meliputi pola pikir, ideology, alasan bertindak, dan sebagainya.

0 comments: