Senin, 21 Maret 2011

Keadilan dan Kesenjangan

blogadvintro.blogspot.com
Slumdog Milionaire, sebuah film yang berhasil meraih empat penghargaan Golden Globes dan delapan piala Oscar. Film ini bercerita tentang kehidupan masyarakat pinggiran kota Mumbay. Di tengah pesatnya perkembangan perekonomian India dengan dibangunnya bangunan-bangunan megah ternyata menyisakan sampah peradaban yang biasa kita sebut sebagai kawasan kumuh. 

Menjadi menarik untuk mempelajari perspektif keadilan dari masyarakat pinggiran yang kurang beruntung. Dimana perkembangan kota Mumbay tidak memberi pengaruh signifikan terhadp kehidupan mereka. Di satu sisi, masyarakat lain memperoleh keberuntungan dari perkembangan tersebut. 

Yang muncul adalah kesenjangan sosial antar masyarakat. Pertempuran (atau sengaja dipertempurkan) antara pihak miskin dan kaya menjadi kian meruncing. Masing-masing memiliki perspektif mereka masing-masing dan saling membenarkan tindakan mereka sendiri. 

Suka atau tidak, kawasan kumuh atau slum area selalu muncul dalam peradaban manapun. Mulai dari Amerika Serikat yang berfaham Liberalis Kapitalis hingga China yang menganut Komunis Sosialis selalu melahirkan slum area di samping permkembangan kota metropolitan mereka. Keduanya ibarat dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. 

Slum Area ini sendiri selalu menimbulkan berbagai masalah diantaranya adalah kriminalitas. Dengan dalih keadilan sosial, seringkali tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh mereka yang kurang beruntung dibenarkan oleh sebagian masyarakat. Dalam beberapa kebudayaan, bahkan perilaku semacam itu memiliki penghargaan tersendiri. 

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (2:268) 

Cerita tentang Robin Hood misalnya, merampok masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi untuk dibagikan kepada masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih rendah. Bagi masyarakat yang dibagikan hasil rampokan tentu ini sebuah keadilan. Namun bagi masyarakat yang dirampok tentu akan memiliki perspektif yang berbeda, ini jelas tidak adil. Apa yang membuat masing-masing dari kelompok tersebut saling membenarkan tindakan mereka masing-masing? 

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, cenderung mendefinisikan keadilan sebagai sama rasa sama rata. Dalam artian menggunakan model keadilan distributif. Sehingga adanya kesenjangan antara si miskin dan si kaya dianggap sebagai sebuah keadaan yang tidak semestinya terjadi. Kesejahteraan adalah milik bersama. Kesamaan strata menjadi bentuk ideal. Mereka mengklaim bahwa tanpa adanya pemaksaan (kebijakan hukum, perampokan, dsb) terhadap pihak lainnya, tidak akan terjadi kesetaraan atau keadilan sosial dalam konsep mereka. 

Lain halnya dengan masyarakat tingkat ekonomi tinggi yang cenderung lebih melihat keadilan dalam bentuk lain. Bagi mereka keadilan cukup diterapkan dalam bentuk prosedural. Dalam artian bahwa setiap masyarakat memiliki peluang atau kesempatan yang sama. Sedangkan hasil dipengaruhi oleh kinerja dari masing-masing individu tersebut. Mereka yang kurang giat dalam berusaha tidak seharusnya mendapatkan hasil yang sama dengan mereka yang giat berusaha. Jadi mereka mengklaim bahwa hasil yang mereka peroleh selama ini merupakan hak mereka karena hasil jerih payah mereka sendiri. 

Perbedaan konsep keadilan inilah yang sering menimbulkan perbedaan dan pertentangan. Di satu sisi menggunakan keadilan prosedural sebagai tolak ukur sedangkan di sisi lain menggunakan bentuk keadilan distributif sebagai tolak ukur. Bentuk lain yang dapat kita cermati adalah dimana paham kapitalis lebih dapat diterima pada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi sedangkan paham sosialis dalam masyarakat yang sebaliknya. Jika konsep keadilan ini sendiri dipertentangkan oleh masing-masing pihak, pertanyaan berikutnya adalah apakah memang benar ini semua adalah tentang keadilan? 

Menurut saya, hal ini sebenarnya lebih kepada konsep kesenjangan. Masing-masing iri terhadap kondisi dari kelompok yang lain. Satu kelompok merasa iri terhadap hasil yang kelompok lain miliki sedangkan kelompok lainnya merasa iri dengan pengorbanan yang dilakukan oleh kelompok lainnya. 

Miskin dan kaya sendiri adalah suatu keseimbangan dunia, dimana satu sama lain memang akan selalu ada dan tidak dapat dipisahkan. Sama halnya bahwa dari setiap pertumbuhan kota metropolitan, akan anda jumpai sampah peradaban yang biasa disebut sebagai slum area. Keadaan ini saling menyimbangkan satu sama lain sehingga menciptakan keharmonisan yang kita sebut sebagai keadilan. 

Jika memang miskin dan kaya adalah suatu sunatullah yang pasti akan selalu ada, maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana ini menjadi suatu keharmonisan. Bagaimana agar keadaan ini tidak menjadi sebuah bentuk pertentangan tetapi menjadi sebuah bentuk kerjasama. Disinilah peranan konsep saling memberi, infak, sedekah, tolong menolong, dsb dalam kehidupan. 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (2:177)


*) ditulis sebagai tugas isu-isu kontemporer sosial 

0 comments: