Sabtu, 19 Maret 2011

Orang yang Berfungsi Sepenuhnya (Carl Rogers)

sekitarkudimataku.blogspot.com
Carl Rogers tumbuh di lingkungan keluarga Kristen Fundamental yang sangat keras dan tidak suka berkompromi. Sehingga ketika masa muda Rogers memilih untuk mengabdikan dirinya menjadi seorang Pendeta. 

Namun pandangan hidupnya berubah ketika menjadi salah satu peserta konfrensi mahasiswa Kristen di Peking, China tahun 1920. Di sana dia bertemu dengan berbagai macam orang yang kemudian mengubah pandangan hidupnya. Pandangan inilah yang nantinya menjadi dasar dari teori Rogers tentang self-concept dan humanistiknya. 

Rogers mendapatkan gelar Ph.D. dari Columbia University Teachers College tahun 1931. Rogers terkenal dengan terapinya yang biasa disebut sebagai client-centered therapy. 
Pendekatan Rogers terhadap Kepribadian 

Rogers mendapatkan data-datanya dalam membentuk teorinya dari pengalamannya menghadapi klien-klien atau individu-individu yang terganggu dan mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. 

Individu-individu dibimbing oleh persepsi sadar mereka dan bukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar yang tidak dapat mereka kontrol. Menurut Rogers, pengalaman masa lalu sedikit banyak berpengaruh juga pada kehidupan mas sekarang. Namun Rogers lebih menekankan akan pentingnya masa sekarang. Yang penting adalah bagaimana di saat ini kita melakukan sesuatu dan melihat dunia ini. 

Kepribadian seseorang harus dinilai secara subjektif dari sudut pandang orang itu sendiri. Kenyataan adalah bagaimana individu mempersepsikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu realitas akan berbeda bagi tiap-tiap individu.


Motivasi Orang yang Sehat: Aktualisasi 

Dalam diri seseorang ada suatu drongan yang kuat atau sebuah kebutuhan fundamental yang sudah dibawa sejak lahir dan meliputi komponen fisiologis dan psikologis. Komponen fisiologis ini manjadi dominan pada masa-masa awal perkembangan manusia. Kebutuhan ini digambarkan sebagai kebutuhan untuk aktualisasi. 

Pada tingkatan yang rendah, aktualisasi ini berbentuk kebutuhan fisiologis untuk mempertahankan hidup seperti misalnya makan dan minum. Selain itu aktualisasi juga membantu kita dalam pematangan dan pertumbuhan. Pematangan yang penuh ini membutuhkan banyak usaha meski secara otomatis tubuh kita akan berkembang dengan sendirinya. 

Misalnya saja sebagai contoh adalah bagaimana bayi belajar berjalan. Meskipun bayi harus seringkali terjatuh dan merasa sakit ketika belajar untuk berjalan, namun bayi tetap terus menerus berusaha untuk berjalan. 

Hal ini karena adanya dorongan dalam diri individu untuk mengaktualisasikan dirinya dengan cara berjalan. Dorongan ini lebih kuat dibandingkan rasa sakit dan perjuangan yang dialaminya. 

Perubahan ini terus terjadi ke arah maju ke depan dan tidak dapat dibendung. Kecenderungan aktualisasi ini tidak bertujuan mengurangi tegangan, akan tetapi justru perjuangan serta keuletan untuk berjuang tersebut membuat diri individu makin tegang. 

Ketika seorang bertambah besar maka konsep self (diri) makin berkembang dan muncul kecenderungan aktualisasi beralih dari fisiologis ke psikologis. Setelah konsep diri muncul maka proses aktualisasi diri menjadi terlihat. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta seluruh potensi psikologisnya yang unik.


Pengembangan Diri 

Ketika kecil anak mulai memisahkan penngalaman-pengalaman tertentu dalam dirinya. Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya membantu dalam membentuk self-concept (konsep diri) anak tersebut. Konsep tersebut juga menggambarkan keinginan anak tersebut nantinya akan menjadi seperti apa. 

Dalam perkembangannya anak akan belajar untuk membutuhkan cinta. Kebutuhan ini disebut Rogers sebagai positive regards (penghargaan positif). Apakah anak tersebut akan menjadi pribadi yang sehat atau tidak tergantung dari apakah positive regards anak tersebut terpenuhi dengan baik atau tidak. 

Dalam kondisi tertentu, anak akan mengorbankan aktualisasi dirinya untuk mendapatkan positive regards. Caranya adalah dengan menjadi pribadi seperti apa yang diinginkan orang tuanya agar mendapatkan positive regards dari orang tuanya dan bukan menjadi pribadi yang diinginkan oleh dirinya sendiri. 

Anak yang tumbuh dalam kondisi ini mengembangkan apa yang disebut sebagai conditional positif regards (penghargaan positif bersyarat). Oleh karena itu kepribadian yang dikembangkan oleh anak itu bukan konsep dirinya sendiri melainkan konsep kepribadian yang diinginkan oleh orang tuanya. 

Kondisi ini membuat individu tidak dapat mengaktualisasikan dirinya dan menciptakan ketidakharmonisan dalam diri individu tersebut. Individu semacam inilah yang disebut sebagai individu yang tidak sehat. 

Pribadi yang sehat tumbuh dalam kondisi sebaliknya. Salah satu cirinya adalah penerimaan unconditional positive regards (penghargaan positif tanpa syarat) pada masa kecilnya. Dimana orang tua dalam memberikan cinta dan kasih sayang atau positive regards tidak bergantung pada tingkah laku anaknya. Sehingga individu tersebut dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan konsep dirinya sendiri.


Orang yang Berfungsi Sepenuhnya 

Kepribadian bukan merupakan suatu keadaan tetapi melainkan suatu proses, suatu arah bukan suatu tujuan. Aktualisasi diri merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus dan tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Proses ini merupakan sebuah proses yang sukar dan terkadang menyakitkan. 

Kebahagian sendiri merupakan hasil sampingan dari proses ini. Bukan berarti orang yang berhasil mengaktualisasikan dirinya akan terus menerus bahagia namun hanya pada saat-saat tertentu saja. 

Orang-orang yang berhasil mengaktualisasikan dirinya maka mereka benar-benar menjadi diri mereka sendiri. Mereka tidak begitu terpengaruh dengan lingkungan mereka dan melakukan apa yang benar-benar mereka mau lakukan. Namun bukan berarti mereka seenaknya dalam melakukan sesuatu. 

Ada lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers, yaitu: 
  1.  Keterbukaan pada Pengalaman. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih emosional dalam hidupnya. Dalam artian dirinya selalu terbuka terhadap pengalaman-penngalaman baru dan lebih dapat mengekspresikan perasaan yang dirasakannya dalam setiap pengalaman tersebut. 
  2. Kehidupan Eksistensial. Orang yang berfungsi sepenuhnya merasakan suatu sensasi yang baru dalam setiap momen kehidupan. Dirinya benar-benar menikmati momen-momen tersebut apa adanya tanpa adanya tekanan dari dalam diri sendiri. Dapat dikatakan mereka dapat menikmati dan mengoptimalkan setiap momen dalam hidupnya. 
  3. Kepercayaan terhadap Diri Sendiri. Pribadi yang berfungsi sepenuhnya mereka berfokus pada dirinya sendiri dalam mengambil keputusan. Bukan hanya berfokus pada hal-hal yang berada disekitarnya ataupun logika dan rasionalitas, namun juga pada perasaan dan intuisi dirinya itu yang lebih utama. 
  4. Perasaan Bebas. Pribadi yang sehat bebas dalam mengambil tindakan dan menentukan tindakan yang akan diambilnya. 
  5. Kreativitas. Orang-orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kretif. Hal ini dikarenakan mereka tidak terkekang dengan keharusan-keharusan dan bebas menjadi diri mereka sendiri. 



Sumber: 
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

0 comments: